Internasional, gemasulawesi – Dikabarkan jika para pengunjuk rasa di Tel Aviv menyatakan Perdana Menteri penjajah Israel, Benjamin Netanyahu, harus mengundurkan diri.
Selain itu, para pengunjuk rasa tersebut juga menegaskan jika pemilu di penjajah Israel harus segera diadakan.
Tuntutan lainnya yang disebutkan oleh para pengunjuk rasa adalah kesepakatan untuk memulangkan sisa tawanan yang masih berada di Jalur Gaza hingga sekarang.
“Ketika perang telah memasuki bulan keenam, pemerintah penjajah Israel belum berbuat cukup untuk menjamin pembebasan para tawanan tersebut,” kata salah satu perwakilan mereka yang tidak disebutkan namanya.
Para pengunjuk rasa juga menyampaikan jika mereka akan terus memblokir jalan setiap hari Sabtu hingga tuntutan mereka dipenuhi.
Kini, tekanan terhadap Benjamin Netanyahu semakin meningkat dari segala arah, baik dari dalam ataupun dari luar negeri.
Namun, disebutkan jika dia tampaknya tidak terpengaruh dengan semua protes yang masih berlangsung.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan penjajah Israel, Yoav Gallant, berangkat menuju ke Washington DC kemarin waktu penjajah Israel.
Dikabarkan jika keberangkatan tersebut adalah untuk melakukan pertemuan dengan mitranya dari Amerika Serikat, Lloyd Austin.
Yoav Gallant juga akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, dan juga Penasihat Keamanan Nasional, Jake Sullivan.
Pertemuan itu dilaporkan akan membahas perang di Jalur Gaza, para tawanan penjajah Israel dan juga upaya kemanusiaan.
Kunjungan Gallant merupakan kunjungan pertamanya ke ibukota Amerika Serikat sejak penjajah Israel melancarkan agresi di Jalur Gaza pada tanggal 7 Oktober 2023, yang hingga kini masih berlangsung.
Di pihak lain, angkatan udara Amerika Serikat juga telah mengirimkan sekitar 80.000 makanan ke warga Palestina di Jalur Gaza yang diketahui terancam kelaparan.
Disebutkan jika ini menandai pengiriman bantuan terbesar oleh Amerika Serikat sejak perang di Jalur Gaza dimulai.
Pesawat C-17 milik angkatan udara Amerika Serikat lepas landas dari Doha, Qatar, dan menempuh perjalanan selama 3 jam untuk membawa makanan yang sangat dibutuhkan warga Palestina di Jalur Gaza.
Hingga kini, penjajah Israel masih membatasi masuknya truk-truk bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. (*/Mey)