Internasional, gemasulawesi – 2 balita Palestina dengan mata yang cekung dan wajah yang kurus berbaring di tempat tidur di sebuah klinik di Jalur Gaza.
Salah satu dari balita Palestina tersebut menggunakan kardigan berwarna kuning dan yang lainnya memakai baju atasan yang bergaris-garis.
Kaki kedua balita Palestina tersebut terlihat kurus dan menonjol dari popok yang terlihat terlalu besar untuk mereka.
Baca Juga:
Akui Khawatir, Kepala Hak Asasi Manusia PBB Peringatkan Perang Gaza Dapat Memicu Konflik Regional
Keduanya diketahui hanya segelintir anak-anak Palestina yang mengalami kekurangan gizi dan juga dehidrasi.
Menurut laporan, perang yang berlangsung berbulan-bulan lamanya menyebabkan sejumlah anak Palestina bertubuh kurus karena krisis kelaparan yang semakin meningkat di Jalur Gaza.
Anak-anak yang bertubuh kurus tersebut dikabarkan terlihat beberapa di rumah sakit ataupun fasilitas kesehatan yang lainnya untuk mendapatkan perawatan.
Namun, yang lainnya akan hanya berada di kamp pengungsian dikarenakan akses menuju fasilitas kesehatan yang terbatas.
Salah satu perawat klinik yang merawat kedua balita tersebut, Diaa Al-Shaer, mengatakan jika anak-anak yang menderita kekurangan gizi dan berbagai penyakit datang dengan jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Kita menghadapi banyak sekali pasien yang menderita penyakit malnutrisi,” ungkapnya.
Balita yang mengenakan kardigan warna kuning, Ahmed Qannan, mempunyai berat 6 kilogram, yang disebutkan setengah dari berat badannya sebelum perang.
Hal tersebut dikatakan oleh bibinya, Israa Kalahkh, yang berada disisinya untuk menjaganya.
“Situasinya memburuk setiap harinya dan Tuhan memberikan perlindungannya kepada kami dari apa yang akan terjadi,” katanya.
Diketahui jika kini hampir 5 bulan setelah serangan yang dilakukan penjajah Israel di Jalur Gaza dimana agresi tersebut mengakibatkan pengungsian massal, dan kekurangan pangan yang akut.
Kementerian Kesehatan Gaza sebelumnya menyatakan jika belasan anak meninggal dikarenakan kekurangan gizi dan dehidrasi di RS Kamal Adwan yang berada di Jalur Gaza utara, wilayah yang mengalami kekurangan makanan yang paling parah.
“Angka resmi diperkirakan akan lebih tinggi,” ujar Christian Lindmeier, yang merupakan juru bicara WHO.
Salah satu dokter yang bekerja di unit perawatan intensif di RS Kamal Adwan, Dr Ahmad Salem, menyatakan jika salah satu faktor tingginya kematian anak adalah karena ibu baru yang juga mengalami kekurangan gizi. (*/Mey)