Internasional, gemasulawesi – Ahmad Damaseh adalah salah satu anak yang tinggal di kamp pengungsi Aida yang berada di dekat Betlehem di Tepi Barat.
Ahmad Damaseh yang masih berusia 10 tahun mengakui jika dia bercita-cita menjadi seorang dokter saat besar nanti.
Ahmad Damaseh diketahui merupakan generasi keempat dari keluarga Damaseh yang tinggal di kamp pengungsi Aida sejak nenek moyangnya melarikan diri dari Nakba dari lingkungan Deir Aban di Yerusalem 75 tahun yang lalu, saat sekitar 750.000 orang warga Palestina diusir dari rumah mereka.
UNRWA disebutkan menyediakan tenda pertama untuk keluarga Damaseh di kamp pengungsi Aida.
Anwar Hammam, yang adalah wakil kepala Departemen Urusan Pengungsi PLO, mengatakan jika UNRWA bertanggung jawab atas 702 sekolah yang menyediakan pendidikan untuk 500.000 anak Palestina.
“UNRWA juga memberikan bantuan kepada ribuan orang yang tinggal di kamp pengungsi Aida,” terangnya.
Hammam menyatakan jika inti dari misi UNRWA adalah gagasan bahwa mereka akan mendukung pengungsi Palestina hingga mereka dapat kembali ke rumah mereka, sesuatu yang telah ditolak oleh penjajah Israel selama beberapa generasi.
Setelah pemerintah penjajah Israel menuduh UNRWA memiliki hubungan dengan Operasi Banjir Al-Aqsa, banyak negara pendonor yang menyediakan lebih dari 80% pendanaan UNRWA, memutuskan untuk menarik pendanaan mereka.
Salah satu warga di kamp pengungsi Aida yang tidak disebutkan namanya mengatakan jika saat ini impian mereka tertahan dan mungkin hilang selamanya.
Baca Juga:
Kekurangan Gizi dan Dehidrasi, 15 Anak Palestina Dilaporkan Meninggal di RS Kamal Adwan
Keluarga Damaseh mengandalkan UNRWA untuk makanan, layanan kesehatan dan pendidikan selama bertahun-tahun sejak Nakba.
“Kini kami takut dengan apa yang akan terjadi jika UNRWA terpaksa menghentikan semua operasinya dalam waktu dekat, seperti yang telah diperingatkan jika hal tersebut mungkin terjadi,” kata Muhammad, ayah Ahmad Damaseh.
Muhammad menambahkan jika seperti warga Palestina lainnya, dia sangat yakin jika penghentian pendanaan untuk UNRWA adalah bagian dari rencana lainnya yang lebih besar terhadap warga Palestina.
Muhammad mengakui jika dia sangat prihatin dan juga khawatir dengan masa depan pendidikan putranya dan juga layanan kesehatan untuk ibunya, Haleema Damaseh, yang berusia 70 tahun. (*/Mey)