Internasional, gemasulawesi – Sejak perang meletus di tanggal 7 Oktober 2023, ketegangan di kota-kota campuran Palestina dan penjajah Israel telah mendekati titik didih.
Namun, hanya sedikit tempat yang mengalami ketegangan seperti di Lydd, sebuah kota yang dipimpin oleh Walikota Yair Revivo, yang berhaluan sayap kanan.
Lydd juga merupakan tempat hubungan antara warga Palestina dan penjajah Israel telah tegang selama bertahun-tahun.
Aktivis Palestina, Ghassan Mounayer, mengatakan jika warga Palestina di Lydd takut akan nyawa mereka karena hidup dalam bayang-bayang pemerintah penjajah Israel dan warga penjajah Israel yang bersenjata lengkap.
Ghassan Mounayer menyatakan jika Lydd dapat ‘meledak’ setiap saat dan menjadi konflik yang dapat mengarah pada penganiayaan, kekerasan dan bahkan pengusiran warga Palestina.
“Warga Palestina di Lydd tahu jika penjajah Israel mencari situasi apapun untuk membunuh ataupun menangkap mereka, karena saat ini adalah waktu perang,” katanya.
Menurutnya, penjajah Israel hanyalah sebuah negara demokrasi bagi warga Yahudi penjajah Israel dan banyak warga Yahudi penjajah Israel yang ingin warga Palestina meninggalkan Lydd, serta pergi ke desa-desa Arab.
Dilaporkan jika warga Palestina di Lydd merupakan 27% dari populasi kota tersebut.
Banyak diantaranya yang tinggal di perkotaan dan lingkungan miskin.
Selain itu, banyak juga warga Palestina yang keluarganya telah tinggal di Lydd selama beberapa generasi sebelum terjadinya Nakba di tahun 1948, ketika warga Palestina terpaksa mengungsi dari rumah dan desa mereka selama pembentukan negara penjajah Israel.
Maha Al-Nakeeb adalah seorang pengacara hak asasi manusia Palestina di Lydd yang mengakui telah kehilangan 16 orang kerabatnya karena perang di Jalur Gaza.
“Meskipun saya mengalami trauma, saya menahan diri untuk tidak berkomentar ataupun mengkritik perang di media sosial karena takut akan tertangkap,” akunya.
Al-Nakeeb mengungkapkan jika semua warga Palestina di Lydd hidup di bawah ancaman yang terjadi terus-menerus.
“Semua warga Palestina disini hidup dalam ketakutan,” pungkasnya. (*/Mey)