Internasional, gemasulawesi – Kepala layanan ambulans di RS Al Shifa yang berada di Jalur Gaza, Faris Afana, mengatakan jika RS Al Shifa kini tidak lagi mampu menangani banyaknya korban yang datang setelah serangan yang dilakukan penjajah Israel terhadap warga Palestina yang sedang menunggu bantuan.
Dia menambahkan jika kini, RS Al Shifa juga hanya memiliki 3 ambulans yang beroperasi dikarenakan kehabisan bahan bakar.
“Karena serangan tersebut, tim RS Al Shifa berkendara di sepanjang Jalan Al-Rashid dan menemukan puluhan mayat yang tergeletak di jalan,” katanya.
Faris Afana menyebutkan jika gerobak dan juga mobil pribadi juga digunakan untuk mengangkut lebih dari 200 orang yang terluka.
“Ambulans kemudian kembali untuk mengambil lebih banyak jenazah,” ujarnya.
Dia menekankan jika ini adalah genosida yang dilakukan penjajah Israel terhadap rakyat Palestina.
“Para korban ini adalah warga sipil tidak berdosa yang menunggu berhari-hari untuk truk yang datang dengan membawa bantuan makanan,” ucapnya.
Sementara itu, kini korban tewas di Jalur Gaza dilaporkan telah melampaui angka 30.000, dengan jumlah tepatnya adalah 30.035 orang.
Sekitar 70.457 orang terluka akibat perang yang telah dimulai sejak tanggal 7 Oktober 2023.
Sementara itu, selain RS Al Shifa, beberapa rumah sakit lain di Jalur Gaza utara juga sedang berjuang untuk mengatasi banyaknya korban yang tewas dan terluka yang datang dari serangan yang dilakukan penjajah Israel terhadap kerumunan orang yang sedang menunggu pengiriman makanan.
Laporan sebelumnya menyebutkan jika setidaknya puluhan orang tewas dan lebih dari 250 orang lainnya luka-luka dalam kejadian tersebut.
“Beberapa lainnya dibawa juga ke RS Kamal Adwan di Jalur Gaza, RS Ahli dan juga rumah sakit Yordania, serta jumlahnya juga kemungkinan akan meningkat,” ujar salah satu sumber lokal yang tidak disebutkan namanya.
Dia menambahkan jika rumah sakit juga kehabisan stol darah.
Dalam pernyataan persnya, Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk apa ayang dilakukan pasukan penjajah Israel terhadap sekelompok orang yang sedang menunggu bantuan makanan.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk apa yang disebut mereka sebagai pembantaian berdarah dingin terhadap warga sipil. (*/Mey)