Internasional, gemasulawesi - Beberapa waktu yang lalu, aktivis pro-Palestina telah menyerukan dunia untuk melakukan pemogokan global selama sepekan.
Pemogokan global yang diserukan ini adalah tentang berhenti menggunakan kartu kredit di seluruh dunia dengan harapan dapat memberikan tekanan yang cukup pada perkonomian dan akhirnya membuat pemerintah menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza.
Diketahui jika tagar yang digaungkan di media sosial adalah #StrikeForGaza yang selain meminta masyarakat dunia untuk berhenti menggunakan kartu kredit mereka selama 24 jam 1 minggu, juga menghindari pembelian kredit online.
Baca Juga: Masih Agresi, Ini Bagaimana Hamas Mengejutkan Penjajah Israel dan Pertaruhkan Masa Depannya
Kampanye ini juga meminta untuk menarik uang tunai hanya sesuai dengan kebutuhan.
“Hal ini mungkin dapat membuat dampak negatif terhadap perusahaan-perusahaan yang pada akhirnya mengarah ke dampak yang lebih besar, yakni seruan gencatan senjata,” kata salah satu aktivis yang tidak disebutkan namanya.
Telah banyak rakyat Palestina yang tewas dengan catatan sebagian besar perempuan dan anak-anak karena agresi yang dilakukan Israel dengan dalih menghancurkan Hamas.
Baca Juga: Dihancurkan, Pertempuran Shuja’iyya Disebutkan Akan Jadi Salah Satu Prestasi Hebat Brigade Al Qassam
Selain itu, sebagian besar wilayah Jalur Gaza yang menjadi kantong Hamas hancur dan rakyat Palestina harus mengungsi ke tempat yang aman.
Terkait pemogokan kartu kredit ini, Lebanon menyerukan pemogokan resmi dan hal ini juga diamati secara luas di Yordania.
Di sisi lain, Presiden Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ),Jody Ginsberg, menyatakan beberapa jurnalis di Gaza terbunuh meskipun jelas-jelas mereka membawa lencana pers dan juga peralatan pers.
CPJ menyatakan pihak mereka mencatat setidaknya 68 jurnalis dan pekerja media tewas sejak perang meletus awal Oktober.
Rinciannya adalah 61 warga Palestina, 4 warga Israel dan 3 warga Lebanon.
Ginsberg menegaskan mereka yang terlibat dalam pembunuhan yang tampaknya ditargetkan harus bertanggung jawab untuk itu.
Baca Juga: Belum Berakhir, Ini Bagaimana Upaya Normalisasi Joe Biden Abaikan Rakyat Palestina
“Itu mengartikan kita dapat menyelidiki kematian-kematian tersebut, khususnya melihat apakah ada kematian yang disengaja atau dengan kata lain penargetan terhadap jurnalis,” jelasnya.
Dia menekankan jurnalis adalah warga sipil dan warga sipil tidak boleh menjadi sasaran dalam perang yang terjadi dimanapun dan kapanpun. (*/Mey)