Internasional, gemasulawesi - Di pagi hari tanggal 7 Oktober 2023 lalu, Hamas menembakkan sedikitnya 3.000 rudal ke arah Israel.
Bersamaan dengan kelompok militan Palestina lainnya, seperti Jihad Islam, Hamas kemudian melintasi perbatasan antara Jalur Gaza dan Israel.
Hal ini juga menunjukkan penolakan dari Hamas terhadap diplomasi dan keyakinan akan efektivitas aksi militer skala besar yang lebih unggul nantinya.
Baca Juga: Dihancurkan, Pertempuran Shuja’iyya Disebutkan Akan Jadi Salah Satu Prestasi Hebat Brigade Al Qassam
Namun, kini setelah Israel menghancurkan serangan besar-besaran untuk menghancurkan Hamas, masa depan dari organisasi itu dalam kondisi yang serius.
Israel selama ini diketahui banyak berinvestasi pada kemampuan siber dan pertahanan udara, namun, mereka juga kurang berinvestasi pada pertahanan perbatasan darat.
Hamas yang mengetahui hal ini kemudian memanfaatkannya yang dilakukan mereka dengan membangun pemukiman tiruan Israel di Gaza dan melakukan serangan terhadapnya.
Persiapan ini memungkinkan Hamas melancarkan serangan darat dengan lancar.
Menurut laporan, Korps Teknik Qassami memasang bahan peledak di pagar-pagar kawat dan penghalang yang lantas diledakkan mereka dengan mudah.
Brigade Al-Qassam menyebarkan drone quadcaptor di atas menara komunikasi Israel di perbatasan Gaza dan menjatuhkan alat peledak rakitan di generator yang terletak di dasar menara.
Baca Juga: Belum Berakhir, Ini Bagaimana Upaya Normalisasi Joe Biden Abaikan Rakyat Palestina
Hal inilah yang memungkinkan militan Palestina dengan cepat masuk ke perbatasan Israel.
Paralayang yang digunakan saat itu disebut-sebut merupakan contoh pertama penggunaan militer.
Meskipun paralayang diketahui memiliki gerakan yang lambat dan memiliki suara yang keras, mereka hanya perlu menempuh jarak pendek untuk melintasi perbatasan antara Gaza dan Israel.
Israel dilaporkan tidak memiliki waktu untuk melakukan tindakan pencegatan.
Dikatakan terdapat laporan yang memperingatkan PM Israel Benjamin Netanyahu tentang serangan yang akan dilakukan Israel, namun, dia meremehkan resiko tersebut.
Ketika Israel memulai invasi darat ke Jalur Gaza, Hamas juga menghadapi kemungkinan kehilangan kekuatan dan kehancuran total.
Sebelumnya, diketahui jika Israel kerap melakukan berbagai cara untuk mendapatkan dukungan dari domestik ataupun internasional terhadap potensi perang yang berkepanjangan.
“Kami selalu tahu siapa Hamas dan kini seluruh dunia mengetahuinya. Hamas adalah ISIS,” kata PM Israel Benjamin Netanyahu beberapa waktu yang lalu. (*/Mey)