Internasional, gemasulawesi - Dalam konferensi pers yang diadakan baru-baru ini, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, diketahui mengatakan jika dia bangga untuk mencegah munculnya negara Palestina.
Saat itu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara bersama dengan Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan juga anggota kabinet perang Benny Gantz.
Dalam kesempatan yang sama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa dia telah menghentikan kemajuan dari proses perdamaian Oslo atau Perjanjian Oslo yang diawali di tahun 1993.
Baca Juga: Belum Berakhir, Ini Bagaimana Upaya Normalisasi Joe Biden Abaikan Rakyat Palestina
“Saya ingin menyatakan jika Perjanjian Oslo adalah kesalahan fatal,” katanya.
Sebagai informasi, Perjanjian Oslo adalah perjanjian yang ditandatangani oleh Israel bersama dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Perjanjian Oslo diketahui memandang pembentukan Otoritas Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai bagian dari proses yang dimaksudkan mengarah pada solusi 2 negara.
“Saya juga tidak akan membiarkan negara Israel kembali ke kesalahan fatal di masa lalu yang terjadi di Perjanjian Oslo,” tegasnya.
Netanyahu menuduh Hamas yang menguasai Jalur Gaza dan Fatah yang mendominasi PLO dan Otoritas Palestina, ingin menghancurkan Israel.
Dahulu diketahui jika Fatah mengakui Israel ketika Perjanjian Oslo ditandatangani.
Duta besar sayap kanan Israel untuk Inggris, Tzipi Hotovely, menjawab ‘sama sekali tidak’ ketika ditanyakan dalam sebuah wawancara tentang apakah solusi 2 negara muncul setelah perang Palestina ini berakhir.
Di sisi lain, Mark Regev, yang merupakan penasihat dari Benjamin Netanyahu saat mendapatkan pertanyaan apakah Palestina harus memiliki negara sendiri, menyamapaikan bahwa bangsa Palestina akan memiliki lebih sedikit negara.
Terkait komentar Hotovely, AS dan Inggris menegaskan kembali komitmen mereka terhadap solusi 2 negara.
Baca Juga: Lebih dari 18 Ribu Tewas, Ini tentang Zionisme yang Kerap Identik dengan Penjajah Israel
Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, memaparkan jika pernyataan dari Hotovely mengecewakan.
Di sisi lain, David Cameron dan Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, mengatakan jika gencatan senjata yang berkelanjutan adalah kebutuhan yang sangat mendesaka untuk sekarang ini di Palestina.
“Kita harus melakukan semua yang kita bisa agar gencatan senjata yang berkelanjutan ini dapat berlanjut,” imbuh keduanya. (*/Mey)