Internasional, gemasulawesi - Sebelum perang pecah di tanggal 7 Oktober 2023, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, berpidato di sidang umum PBB yang dilakukan di bulan September.
Dalam kesempatan itu, Presiden Joe Biden mengungkapkan tentang Timur Tengah yang lebih berkelanjutan dan juga terintegrasi.
Namun, Joe Biden juga mengatakan dimana Israel menikmati normalisasi dan hubungan ekonomi yang lebih besar dari biasanya untuk negaranya.
Dikatakan jika visi yang dikatakan Joe Biden itu menurunkan konflik yang selama ini terjadi antara Israel dengan Palestina menjadi sebuah kekhawatiran yang tidak ada habisnya.
Pendapat di luar sana menyebutkan jika dengan pendudukan militer, tembok dan pos pemeriksaan di tanah Palestina seperti Tepi Barat atau Jalur Gaza, status quo telah terbentuk dengan adanya hal-hal tersebut.
“Hal ini memungkinkan untuk Israel dan AS yang menjadi sekutu utamanya untuk mengabaikan penderitaan rakyat Palestina yang selama puluhan tahun ini terjadi dan akhirnya mengalahkan perhatian mereka ke masalah lain,” kata para ahli yang tidak disebutkan namanya.
Zaha Hassan yang merupakan seorang pengacara hak asasi manusia menyampaikan jika pemerintahan AS yang kini dipimpin oleh Joe Biden terus berusaha untuk memisahkan kebijakan-kebijakannya di Timur Tengah dari tuntutan Palestina untuk kemerdekaan.
Di sidang Majelis Umum PBB yang diadakan di bulan September, PM Israel, Benjamin Netanyahu menolak gagasan bahwa perdamaian dengan Palestina harus menjadi syarat jika menginginkan hubungan Israel dengan negara-negara Arab normal.
Yang mengejutkan, Benjamin Netanyahu juga mengangkat peta wilayah yang menunjukkan wilayah Palestina dan Dataran Tinggi Golan di Suriah sebagai bagian dari Israel.
Baca Juga: Lebih dari 18 Ribu Tewas, Ini tentang Zionisme yang Kerap Identik dengan Penjajah Israel
Ini dikatakan memicu ketakutan di tengah-tengah kalangan warga Palestina jika kekhawatiran mereka akan terhapus di tengah pembicaraan normalisasi antara Israel dengan negara-negara Arab.
Khalil Jahshan yang merupakan direktur eksekutif Arab Center Washington DC menyatakan jika skala permusuhan yang lebih besar tidak dapat begitu saja diabaikan.
“Masyarakat Palestina tidak akan menyetujui hal tersebut, mereka juga tidak akan menghilang,” tandasnya. (*/Mey)