Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan, posisi Benjamin Netanyahu sebagai Perdana Menteri Israel tampaknya kini semakin lemah.
Disebutkan jika banyak warga Israel yang menganggap Benjamin Netanyahu dan kabinetnya bertanggung jawab atas kegagalan keamanan di tanggal 7 Oktober 2023.
Selain itu, Benjamin Netanyahu juga mendapatkan kecaman di dalam negeri atas caranya menangani perang di Gaza.
Ditambah lagi dengan adanya fakta jika PM Israel tersebut telah lama terlibat dalam tuduhan korupsi dan kritik atas rencana perubahan sistem peradilan.
Kini, ketika pasukan Israel bergerak lebih jauh ke Gaza selatan, Benjamin Netanyahu mungkin menghadapi keputusan yang mungkin memiliki konsekuensi politik besar bagi kariernya, yakni apakah dia akan mengirim pasukan Israel ke jaringan terowongan sepanjang 500 kilometer di bawah Gaza.
“Jika Israel memasuki jaringan terowongan di Gaza, hal ini akan memasuki fase baru dalam perang yang secara signifikan menyamakan kedudukan di antara pihak-pihak yang bertikai,” kata Philip Ingram yang merupakan mantan perwira intelijen militer Inggris.
Di atas tanah, Israel melancarkan pemboman udara tanpa henti dan invasi darat dengan menggunakan keunggulan persenjataannya.
Di bawah tanah, Hamas akan dapat mengandalkan jaringan terowongan canggih milik mereka yang akan menyalurkan tentara Israel yang berjalan kaki ke dalam 1 barisan.
“Tantangan bagi Israel akan sangat besar karena kurangnya informasi yang memadai mengenai dimana terowongan tersebut berada, seberapa jauh terowongan membentang dan potensi jebakan apa yang dipasang oleh Hamas sebagai jebakan,” ujarnya.
Ingram menambahkan jika dari sudut pandang militer, Israel ingin menghindari pertempuran di terowongan.
Seorang analis militer yang telah meliput Timur Tengah selama lebih dari 30 tahun, Elijah Magnier, menuturkan mengingat keahlian Hamas dalam memasang jebakan dan penyergapan, setiap terowongan menimbulkan ancaman yang signifikan.
“Ketika menyangkut perang terowongan, perlawanan Palestina tampaknya memiliki keuntungan strategis jika merujuk pada tingginya jumlah tentara Israel yang tewas atau terluka ketika mencari pintu masuk ke jaringan terowongan,” jelasnya.
Magnier melanjutkan tidak peduli seberapa banyak militer Israel berlatih, realitas yang ada di bawah sana sebagian besar masih belum diketahui sehingga sangat beresiko.
Terlepas dari itu, para ahli percaya potensi konflik di terowongan masih mungkin terjadi karena janji Benjamin Netanyahu untuk melenyapkan Hamas dan pusat komando bawah tanahnya. (*/Mey)