Internasional, gemasulawesi – Bulan Oktober lalu, perlawanan Palestina melancarkan perlawanan mendadak terhadap Israel melalui udara, darat dan laut.
Melakukan hal tersebut dengan ketepatan yang seperti itu, para pejuang Palestina untuk sementara waktu mengambil alih beberapa pemukiman Israel di sekitar Gaza, menangkap tentara Israel pada saat yang tidak mereka duga dan bahkan berhasil mengambil senjata dan kendaraan lapis baja.
Dalam hitungan menit, para pemimpin, selebriti, atlet, dan institusi Barat bergegas membela Israel, mengutuk dengan cara yang paling mengerikan apa yang mereka gambarkan sebagai terorisme Palestina terhadap warga sipil Israel.
Reaksi ini tidak pernah meluas ke warga Palestina meskipun Israel telah melakukan kekerasan dan pembunuhan selama lebih dari 75 tahun.
Tepat sebelum itu, Israel telah membunuh lebih dari 200 warga Palestina dan dunia tidak bergeming.
Para pemukim Israel yang tinggal di pemukiman yang sangat termiliterisasi dilindungi oleh IOF (pasukan pendudukan Israel).
Baca Juga: Berkaca dari Agresi Sebelumnya, Kematian Warga Sipil di Gaza Disebutkan Ikut Diperhitungkan
Seorang pakar, Samar Saeed, menyatakan jika dalam menghadapi kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina, media tidak pernah mengerahkan sumber dayanya untuk menunjukkan sebagian kecil dari kebrutalan yang dilakukan oleh Israel.
“Normalisasi dehumanisasi Palestina begitu mencolok sehingga menimbulkan seruan pembunuhan massal di Palestina, dimana penjajah digambarkan sebagai korban dan mereka yang terjajah sebagai penjahat di berbagai belahan dunia,” katanya.
Menurut Samar Saeed, media internasional menggambarkan perlawanan tersebut sebagai gerakan biadab tanpa tujuan dan haus darah, yang tujuannya adalah untuk membunuh warga sipil Yahudi.
“Hanya saja kali ini, media arus utama Barat secara terang-terangan tidak tahu malu dalam memalsukan apa yang mereka sebut sebagai bukti,” ucapnya.
Samar Saeed menerangkan jika satu-satunya saat media memberikana perhatian yang besar kepada warga Palestina adalah ketika mereka melakukan perlawanan bersenjata untuk mempertahankan diri dari kolonialisme Israel, kekerasan pemukim dan pembersihan etnis.
Saeed memaparkan jika fokus media yang berlebihan terhadap Hamas seolah-olah mereka adalah satu-satunya kelompok perlawanan di Palestina dan mengenai kekerasan merupakan hal yang disengaja.
Baca Juga: Tewaskan Banyak Jiwa Tak Bersalah, Ini Bagaimana Blokade Israel Menghambat Rekonstruksi Gaza
“Hal ini bertujuan untuk semakin merendahkan martabat warga Palestina, membenarkan genosida di Gaza dan menyalahkan Hamas atas penderitaan warga Palestina,” imbuhnya. (*/Mey)