Internasional, gemasulawesi – Sebelum perang yang dimulai di tanggal 7 Oktober 2023 lalu, diketahui jika Israel juga pernah melancarkan serangan di tahun 2021 yang juga menimbulkan banyak kerugian untuk rakyat Palestina.
Terdapat kekhawatiran serius bahwa proses rekonstruksi di Gaza nanti jika perang selesai tidak akan banyak membantu memenuhi kebutuhan kemanusiaan masyarakat di tengah blokade Israel yang sedang berlangsung.
Di tahun 2021 lalu, Israel melakukan serangan selama 11 hari yang menyebabkan sebagian besar wilayah pesisir di Gaza hancur yang menjadikannya reruntuhan.
Di waktu itu, salah satu pejabat Hamas, Khalil Al-Haya, mendesak pencabutan penuh blokade yang diberlakukan Israel terhadap Gaza ketika Hamas mengambil alih kekuasaan.
Koordinator Kemanusiaan PBB di Gaza, Lynn Hastings, mengatakan jika 1 pesan yang dia dengar berulang kali adalah orang-orang di Gaza mengalami trauma lebih dari sebelumnya.
“Anak-anak perempuan, anak laki-laki, perempuan dan laki-laki, terlalu banyak rumah yang hilang dan orang-orang terkasih hilang,” katanya.
Dia menambahkan jika eskalasi ini telah memperburuk situasi keamanan yang telah mengerikan di Gaza yang diakibatkan blokade selama belasan tahun, perpecahan internal dan juga permusuhan yang berulang.
Di tahun 2021, angka awal memperkirakan kerugian mencapai ratusan juta dolar.
Di bawah Mekanisme Rekonstruksi Gaza (GRM), Tel Aviv menerapkan kontrol yang ketat atas masuknya barang dengan bahan-bahan dan rencana pembangunan juga memerlukan persetujuan yang sulit didapat.
Sistem ini memberikan kekuaaan penuh untuk Israel menolak atau menunda proyek-proyek konstruksi atau barang-barang penting karena proyek-proyek tersebut pasti dibatasi oleh daftar penggunaan ganda, yang dibesarkan atas dasar keamanan.
Dampak yang ditimbulkan bagi Gaza adalah terhambatnya proses pembangunan kembali, dimana kondisi saat mekanisme berfungsi tidak memungkinkan untuk mengatasi pembatasan blokade.
Bahan-bahan konstruksi hanya masuk ke Gaza melalui penyeberangan Karam Abu Salem (Kerem Shalom), salah satu dari 2 jalur yang dikendalikan oleh Israel, yang sebagian terbuka untuk dilalui sebagian bantuan.
Penyeberangan Erez yang dikelola Israel tetap ditutup bagi sebagian besar warga Palestina di Gaza kecuali untuk rujukan medis yang mendesak. (*/Mey)