Internasional, gemasulawesi – Serangan yang dilakukan Israel sejak awal Oktober lalu dan belum berhenti hingga kini serta perbatasan pergerakan di Jalur Gaza telah mengakibatkan kengerian dan penderitaan yang bagi wanita yang sedang hamil di Palestina.
Salah satu ibu hamil yang kandungannya menginjak usia 7 bulan, Noor Odeh, menyatakan jika hal ini mengerikan karena para ibu hamil terjebak dengan jiwa-jiwa tidak berdosa di dalam diri mereka dan tidak mengetahui nasib mereka.
Agresi Israel ini juga telah menyebabkan wanita hamil di Gaza dan Palestina telah kehilangan apa yang seharusnya mereka dapatkan, seperti persyaratan dasar dan perlindungan kesehatan ibu.
Baca Juga: Genosida, Pakar Sebut Propaganda Penjajah Israel Tidak Dapat Mengabaikan Kenyataan Pahit Nakba
Noor yang telah pindah dari rumahnya yang terletak di Gaza utara ke Khan Younis menyebutkan jika dia kelelahan.
“Baik itu mental ataupun fisik,kami menderita, dan kami juga takut dengan bayi kami yang belum lahir,” katanya.
Dia menambahkan jika mereka meninggalkan rumah mereka di Utara dan kemudian pindah ke selatan seperti yang diinstruksikan Israel lewat selebaran-selebaran mereka, namun, mereka masih hidup dalam ketakutan setiap harinya dengan semakin intensifnya pemboman dari Israel.
Diketahui jika sebelumnya, Israel telah memberitahu penduduk di Jalur Gaza utara untuk pindah ke selatan untuk menjamin keselamatan dan keamanan mereka selama operasi militer melawan Hamas.
Noor menyampaikan jika dokter kandungannya juga telah dipindahkan dan sangat sulit berkomunikasi dengannya untuk meminta nasihat medis serta berkonsultasi seperti biasanya.
“Dengan kurangnya akses terhadap persalinan, layanan kesehatan membuat saya bertanya-tanya apakah kehamilan saya akan berhasil dilanjutkan,” akunya.
UNFPA memperkirakan terdapat sekitar 50.000 perempuan hamil di Gaza dan diperkirakan sekitar 5.000 diantaranya akan melahirkan di bulan November 2023 lalu.
Sepanjang perang yang terus berlanjut, kaum perempuan di Gaza dihadapkan pada perjuangan berat mulai dari kurangnya akses terhadap fasilitas persalinan dan perawatan ibu yang aman sehingga menghadapi terbatasnya sumber daya penyelamat jiwa.
“ Ini adalah situasi bencana bagi banyak wanita hamil disini karena puluhan orang melahirkan beberapa minggu lebih cepat dari jadwal mereka, banyak yang keguguran dan banyak juga yang terbunuh, termasuk dengan bayi mereka yang belum lahir,” jelas salah satu bidan Palestina, Haneen Ashour. (*/Mey)