Internasional, gemasulawesi – Seorang pakar, Sarah Amr, menyatakan jika propaganda telah menjadi ciri khas lanskap politik dan budaya Israel sejak berdirinya negara Israel di tahun 1948 lalu.
Sarah Amr menambahkan jika mulai dari penipuan melalui segala macam media, hingga penyensoran dan penggunaan simbol-simbol secara strategis, Israel melakukan semuanya berdasarkan ilmu pengetahuan.
Sarah Amr melanjutkan jika tidak ada lokasi yang lebih baik untuk menampilkan narasi yang dibuat secara unik ini selain di gerbang masuk Israel, yakni Bandara Ben Gurion yang terletak di Tel Aviv.
Diketahui jika di Bandara Ben Gurion, para pelancong yang datang ke Israel harus melewati tembok besar yang ditutupi dengan gambar-gambar propaganda aneh yang mencoba menceritakan sejarah Israel.
Namun, dikatakan jika gambar-gambar propaganda tersebut secara alami mengabaikan bagaimana Israel terbentuk sebelumnya.
“Mustahil untuk melewatkan tembok ini karena tembok tersebut mendominasi koridor, seolah-olah tembok itu berusaha mengingatkan pelancong jika mereka berada di Israel dan harus menganut versi sejarahnya.
Amr menekankan jika trik propaganda seperti tembok di Bandara Ben Gurion tersebut telah membantu merasionalisasi pengusiran dan penindasan terhadap warga Palestina yang telah dirampas tanah dan hak-hak mereka selama lebih dari 7 dekade.
“Yang paling penting, ini juga memfokuskan pada Israel sebagai ‘negara paling toleran di Timur Tengah’, negara yang melindungi dan menghormati situs-situs Muslim, Kristen dan Yahudi,” jelasnya.
Sarah Amr membeberkan jika jelas bahwa penggunaan propaganda Israel di tempat-tempat umum merupakan upaya yang disengaja untuk membangun narasi yang salah dan mengabaikan kenyataan pahit Nakba.
“Upaya untuk menulis ulang sejarah ini berakar pada ketidakamanan yang mendalam di negara ini mengenai versi peristiwa yang terjadi dan legitimasinya sebagai sebuah bangsa-bangsa,” terangnya.
Lebih lanjut, Sarah menegaskan saat ini, Bendera Ben Gurion berfungsi sebagai pintu gerbang ke Israel bagi jutaan pengunjung setiap tahunnya.
“Namun, untuk warga Palestina ini adalah simbol pendudukan dan penindasan yang sedang berlangsung,” tandasnya. (*/Mey)