Internasional, gemasulawesi – Kementerian Luar Negeri Palestina menuntut posisi internasional yang berani dan kemanusiaan melalui resolusi yang mengikat di Dewan Keamanan PBB untuk memaksa penjajah Israel segera melakukan gencatan senjata.
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Palestina menyatakan gencatan senjata adalah satu-satunya cara untuk melindungi warga sipil dan menghentikan penggunaan nyawa mereka sebagai kartu pemerasan oleh Benjamin Netanyahu.
Di sisi lain, kapal bantuan pertama yang mencapai Jalur Gaza, yang dioperasikan oleh badan amal Spanyol, Open Arms, telah menurunkan 200 ton bantuan makanan ke Jalur Gaza.
Disebutkan jika itu menyelesaikan proyek percontohan pertama yang dapat membuka jalan untuk lebih banyak bantuan yang masuk melalui koridor maritim.
Badan amal Amerika Serikat, World Central Kitchen, menyebutkan semua kargo telah diturunkan dan siap untuk didistribusikan di Jalur Gaza.
Sebelumnya, kelompok tersebut mengatakan pada awal pekan ini bahwa pengiriman kedua sedang dipersiapkan di Siprus dan ribuan ton bantuan dapat mencapai Jalur Gaza setiap minggunya.
Baca Juga:
Serbu Nablus di Tepi Barat, Pasukan Penjajah Israel Dilaporkan Menangkap 2 Warga Palestina
Organisasi-organisasi kemanusiaan telah berulang kali menyerukan penjajah Israel untuk membuka lebih banyak penyeberangan perbatasan darat agar lebih banyak bantuan kemanusiaan dapat masuk.
Mereka juga menegaskan jika pengiriman bantuan melalui udara dan koridor maritim adalah cara yang mahal dan juga tidak efisien dalam menyalurkan bantuan.
Di sisi lain, UNRWA, memperingatkan jika kekurangan gizi telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza.
Baca Juga:
Krisis Kemanusiaan Karena Perang, Jepang Akan Salurkan Bantuan ke Gaza Melalui Koridor Mediterania
UNRWA menyampaikan jika sepertiga anak-anak dibawah usia 2 tahun kini mengalami kekurangan gizi akut.
Menurut UNICEF, jumlah ini meningkat sekitar 15,6% dari bulan Januari.
Di pihak lain, Kepala Departemen Kesehatan Mental Tentara penjajah Israel, Kolonel Lucian Tatsa-Laur, menyebutkan ribuan tentara penjajah Israel menderita gangguan stres pasca-trauma atau trauma pertempuran lainnya.
“Setidaknya 1.000 tentara telah didiagnosis menderita gangguan tekanan akut,” terangnya.
Tatsa-Laur menyebutkan jika dengan menurunnya kesehatan mental, semakin banyak tentara yang menolak kembali ke medan perang setelah diberikan cuti sementara. (*/Mey)