Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan, Jepang akan bergabung dengan inisiatif koridor maritim Mediterania untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Diketahui jika Jepang akan mengirimkan bantuan tersebut melalui Republik Siprus.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Jepang, Yoko Kamikawa.
Dalam keterangannya, dia menyatakan jika pemerintah Jepang berencana segera melakukan koordinasi dengan negara terkait lainnya untuk menyalurkan bantuan melalui koridor maritim Mediterania.
Proyek tersebut diketahui diluncurkan awal pekan, yang sebagian besar diprakarsai oleh Siprus, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Uni Emirat Arab atau UEA.
“Kami akan segera menangani masalah ini,” katanya.
Sementara itu, Dominic Allen, yang merupakan perwakilan Dana Kependudukan PBB untuk Palestina, baru-baru ini mengunjungi RS Emirat yang berada di Rafah.
Allen mengatakan jika kondisi di bangsal bersalin di fasilitas kesehatan tersebut sangat meresahkan.
“Itu juga disertai dengan peningkatan tajam jumlah bayi yang baru lahir yang kekurangan gizi dan kematian bayi lahir mati,” ujarnya.
Allen menyampaikan jika para dokter melaporkan bahwa mereka tidak lagi melihat bayi yang berukuran normal.
“Yang mereka lihat secara tragis adalah lebih banyak bayi lahir mati dan lebih banyak kematian neonatal,” ucapnya.
Di sisi lain, Dr James Smith, seorang dokter yang bekerja di RS Al-Aqsa di Gaza tengah hingga awal tahun ini, mengatakan jika sistem kesehatan di Jalur Gaza runtuh di akhir bulan Oktober dan belum pulih sejak saat itu.
Menurutnya, hal ini terjadi karena pasokan, sumber daya, spesialis dan sebagainya yang diperlukan belum masuk ke Jalur Gaza.
“Atau jika komoditas atau sumber daya tersebut tersedia, mustahil untuk para pekerja medis bekerja dalam konteks kekerasan dan ketidakamanan yang ekstrem,” terangnya.
Smith menuturkan jika rumah sakit hampir tidak mampu mengatasinya.
Dia juga mengakui jika baru-baru ini, seorang rekannya di RS Al-Aqsa mengiriminya pesan dan menyebutkan jika situasinya ‘bencana’.
Smith menyatakan jika rumah sakit mempunyai sarana yang sangat terbatas untuk memberikan perawatan kepada pasien, sementara pasien mengalami cedera terkait trauma yang paling mengerikan dan juga masalah layanan kesehatan non-trauma yang pernah dia lihat. (*/Mey)