Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan, pasukan penjajah Israel telah menyerbu Nablus dan 2 desa yang terletak di sebelah utara Ramallah yang berada di Tepi Barat.
Saksi mata yang tidak disebutkan namanya mengatakan jika tentara penjajah Israel dengan sekitar 25 kendaraan militer menyerbu Nablus setelah sebelumnya memasuki kota dari sisi barat.
Saksi mata tersebut juga menyampaikan jika penembak jitu juga dikerahkan dalam penyerbuan di Nablus tersebut.
Baca Juga:
Krisis Kemanusiaan Karena Perang, Jepang Akan Salurkan Bantuan ke Gaza Melalui Koridor Mediterania
“Tentara menangkap 2 orang pemuda dalam penyerbuan tersebut,” katanya.
Selain itu, tentara penjajah Israel juga menyerbu Desa Qarawat Bani Zeid dan Kafr Ein yang berada di sebelah barat laut Ramallah, tanpa dilaporkan adanya penangkapan atau konfrontasi.
Di sisi lain, Mahjoob Zweiri, Direktur Pusat Studi Teluk di Universitas Qatar, menyampaikan jika Perdana Menteri penjajah Israel, Benjamin Netanyahu, kemungkinan besar terpaksa mengirimkan tim perunding ke Qatar karena 3 alasan.
Menurut Zweiri, alasan-alasan tersebut adalah meningkatnya tekanan dari Washington, kemudian protes internasional atas krisis kemanusiaan di Jalur Gaza dan juga tekanan internal dari tentara mengenai situasi mereka di lapangan.
“Netanyahu juga harus menghadapi kesulitan di dalam negeri dan mengelola perpecahan yang serius dalam kabinet perang,” ujarnya.
Mahjoob Zweiri menambahkan jika hal ini juga termasuk dengan perselisihan dengan Menteri Pertahanan penjajah Israel, Yoav Gallant, mengenai undang-undang dinas militer ultra-Ortodoks dan rasa frustasinya dengan Benny Gantz atas perjalanannya yang tidak berizin ke AS dan Inggris awal bulan ini.
Zweiri menambahkan jika ada beberapa masalah yang saling terkait di penjajah Israel yang mempersulit Netanyahu.
“Akan sangat sulit untuknya mengatasi semua ini dan juga memenangkan semua pertarungan,” ungkapnya.
Zweiri menegaskan jika Netanyahu harus memberikan konsesi di suatu tempat.
“Apa yang kita lihat sejauh ini adalah dia memberikan kelonggaran terhadap suara-suara radikal, dimana apakah dia akan melanjutkannya adalah tanda tanya besar," paparnya.
Sementara itu, hingga kini, perang yang masih berlangsung di Jalur Gaza telah menyebabkan lebih dari 31 ribu rakyat Palestina meninggal dunia dan lebih dari 73 ribu orang lainnya terluka. (*/Mey)