Internasional, gemasulawesi – Mendadak harus mengungsi di negeri sendiri mungkin tidak pernah terpikirkan untuk sebagian besar rakyat Palestina.
Perang yang hingga kini masih berlangsung merampas kehidupan normal yang dimiliki rakyat Palestina, termasuk dengan impian mengadakan pernikahan untuk beberapa orang.
Banyak calon pengantin di Jalur Gaza yang terpaksa mengandaskan mimpinya untuk menikah dikarenakan pasangan mereka meninggal terbunuh oleh penjajah Israel atau menjadi cacat seumur hidupnya.
Baca Juga:
Sidang ICJ Hari Keempat, Tiongkok Serukan Solusi 2 Negara untuk Penjajah Israel dan Palestina
Tahani Shehada merupakan salah satu warga di Jalur Gaza yang telah merencanakan pernikahannya di tanggal 14 Desember 2023 ketika perang kemudian meletus di tanggal 7 Oktober 2023 lalu.
Dia mengakui jika semuanya telah siap dan juga direncanakan dengan matang serta mendetail bersama dengan tunangannya yang bernama Nourdine.
“Kami juga telah memilih rumah yang akan kami tinggali bersama nanti setelah pernikahan diadakan dan merencanakan masa depan bersama-sama disana,” katanya.
Baca Juga:
Perang Gaza, Kondisi di RS Al Shifa Dilaporkan Semakin Memburuk Setiap Harinya dan Masih Mengerikan
Tahani Shehada mengungkapkan jika sama seperti banyak gadis lainnya, dia sering memimpikan pernikahan yang indah dan akan mempersatukannya dengan pria impiannya.
“Namun, ketika hidup Anda direncanakan di Jalur Gaza, takdir akan selalu menyiapkan skenario yang lain untuk Anda,” ujarnya.
Tahani Shehada menyampaikan jika dengan dimulainya perang di tanggal 7 Oktober 2023 lalu, dia bersama dengan keluarganya harus bergabung dengan ratusan ribu orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka dan pindah ke sebelah selatan Jalur Gaza.
Tahani Shehada menuturkan jika tunangan dan keluarganya juga melakukan hal yang sama.
“Perang ini telah merampas kesempatan saya untuk merayakan pernikahan yang telah saya nanti-nantikan,” ucapnya.
Shehada memaparkan jika dia harus kehilangan kontak dengan tunangannya selama berminggu-minggu.
“Kami akhirnya bertemu setelah berpisah selama 20 hari,” ungkapnya.
Tahani Shehada membeberkan setelah kejutan yang menyenangkan itu, dia kemudian mendapatkan peristiwa yang menyedihkan ketika saudara laki-lakinya ditembak oleh penembak jitu penjajah Israel.
“Impian akan hari pernikahan yang membahagiakan digantikan dengan kenyataan pahit bahwa saudara laki-laki saya tidak akan pernah melihat saya menjadi pengantin,” tuturnya.
Namuun, Tahani Shehada menegaskan jika rakyat Palestina percaya jika mereka akan dapat bermimpi kembali. (*/Mey)