Internasional, gemasulawesi – Samer dan Omar merupakan rakyat Palestina yang tinggal di Yerusalem Timur.
Dalam pertemuannya dengan awak media, Samer dan Omar mengakui jika beberapa waktu yang lalu, tepatnya di hari Jumat, mereka bangun pagi-pagi dengan harapan dapat melaksanakan salat Jumat di komplek Masjid Al-Aqsa.
Samer dan Omar mengatakan jika Masjid Al-Aqsa terletak hanya sekitar 45 menit dari rumah mereka di Issawiya di Yerusalem Timur yang berada di bawah pendudukan penjajah Israel.
Samer dan Omar mengungkapkan jika saat keduanya tiba di Gerbang Damaskus, yang merupakan pintu masuk utama yang digunakan warga Palestina ke kota tua Yerusalem, mereka dihentikan oleh pasukan penjajah Israel yang menyuruh mereka untuk pulang kembali.
“Mereka mulai mendorong kami dan kemudian memukuli Omar dengan tongkat,” kata Samer.
Omar diketahui mendapatkan pukulan yang lebih berat dibandingkan dengan Samer.
Sepotong kulit di kakinya tampak seperti terbakar dan dia juga kesakitan serta tidak dapat berjalan.
Samer melanjutkan jika pasukan penjajah Israel menginginkan rakyat Palestina keluar dari tanah mereka dan melupakan tanah air mereka sendiri.
“Namun, kami tidak memiliki pilihan selain tetap kuat,” ujarnya.
Baca Juga:
Agresi Masih Berlanjut, Kucing Jalanan Hangatkan Hari Kaum Anak di Jalur Gaza
Samer menyatakan jika pada akhirnya, ini adalah pendudukan militer.
“Kami tidak akan pernah meninggalkan tempat ini, apapun yang penjajah Israel lakukan,” tegasnya.
Diketahui jika sejak perang meletus di tanggal 7 Oktober 2023 lalu, kehidupan warga Palestina yang hidup di bawah pendudukan militer penjajah Israel menjadi lebih sulit jika dibandingkan dengan sebelumnya.
Tidak lama setelah perang, ribuan pasukan penjajah Israel dikerahkan di kota tua Yerusalem, serta lingkungan di sekitarnya.
Penjajah Israel memberlakukan penutupan dan juga pembatasan pergerakan yang ketat terhadap warga Palestina dengan membatalkan semua izin militer untuk memasuki kota tersebut untuk rakyat Palestina di Tepi Barat.
“Pada hari setelah tanggal 7 Oktober, terutama setelah beberapa hari dan minggu pertama, pasukan penjajah Israel memberlakukan jam malam yang ketat setelah jam 5 sore,” jelas Abu Mohammad, salah satu warga Palestina yang mengelola sebuah toko dan tinggal di Yerusalem.
Dia menambahkan jika tidak seorang pun rakyat Palestina yang diizinkan berdiri di jalan setelah jam 5 sore, meskipun tinggal di Yerusalem. (*/Mey)