Internasional, gemasulawesi – Perang yang hingga kini masih belum berakhir di Jalur Gaza membuat anak-anak juga terkena dampaknya.
Selain ribuan dari mereka terbunuh akibat serangan yang dilakukan penjajah Israel, kaum anak di Jalur Gaza juga harus kehilangan kesempatan untuk bersekolah dan juga bermain seperti yang seharusnya mereka lakukan.
Salah satu momen kegembiraan yang dapat mereka temukan adalah layang-layang yang dapat mereka mainkan dengan anak-anak lainnya di kamp pengungsian di Jalur Gaza.
Tariq Khalaf yang merupakan salah satu anak yang mengungsi ke Rafah mengungkapkan jika dia memiliki layang-layang dan mengakui dia bangga dengan kenyataan itu.
“Saya saat itu bertanya kepada anak-anak lain yang telah mendapatkan layangan terlebih dahulu dimana saya dapat memperolehnya,” katanya.
Tariq menyampaikan jika dia memiliki tongkat, namun, tidak memiliki kertasnya.
Baca Juga:
Musim Dingin, Anak Gaza Dilaporkan Mengenakan Hazmat untuk Tetap Hangat dan Kering
“Jadi, saya memutuskan untuk mencari orang yang memiliki kertas dan dia membuatkan satu layang-layang untuk saya dan juga putranya sehingga kini saya dapat keluar dan bermain layang-layang sepanjang hari,” ujarnya.
Tariq menerangkan jika dia dan anak-anak lainnya tidak dapat bermain.
“Kami dapat bermain bola, namun, tidak ada ruang diantara tenda-tenda di pengungsian,” ucapnya.
Tariq menuturkan jika semua anak tidak dapat bermain dan berlari lagi seperti dahulu.
Diketahui jika Tariq dan keluarganya mengungsi dari rumah mereka di Nassr ke RS Al-Shifa dan kemudian ke Khan Younis.
Rafah menjadi titik pengungsian terakhir mereka.
“Ayah saya selalu berusaha mencari makanan melalui bantuan atau orang-orang yang membagikan makanan kepada para pengungsi,” tuturnya.
Saeed Ashraf menjadi salah satu anak lain di Rafah, Jalur Gaza, yang juga merasa senang dapat menghibur dirinya dengan bermain layang-layang.
Dia menyampaikan jika dia membeli layang-layang dari salah satu anak di kamp pengungsian yang membuat dan menjual layang-layang tersebut untuk mendapatkan uang.
“Sekarang, saya dan saudara laki-laki saya meninggalkan tenda setiap hari jika cuaca bagus untuk bermain layangan, tetapi kami tidak pergi jauh, karena tempat kami tinggal penuh dengan tenda, sehingga kami khawatir akan tersesat jika pergi terlalu jauh,” pungkasnya. (*/Mey)