Internasional, gemasulawesi – Selama berbulan-bulan ini, dunia telah menyaksikan ketika penjajah Israel telah membantai, membuat cacat, kelaparan, menyiksa dan mempermalukan warga Palestina di Jalur Gaza.
Salah satu dosen senior di Universitas East London, Afaf Jabiri, mengatakan jika untuk para diaspora Palestina seperti dirinya, menyaksikan kengerian tersebut sangatlah menyedihkan.
“Setiap cerita, permohonan dan semua yang diungkapkan rakyat Palestina selaras dengan kisah-kisah yang didengar dari orang tua, kakek dan nenek, tetangga dan yang lainnya tentang apa yang mereka alami selama Nakba di tahun 1948,” katanya.
Afaf Jabiri menyebutkan jika dia dibesarkan di kamp pengungsi Baqa’a di Yordania, yang menjadi tempat ibu dan neneknya menetap pada tahun 1970 setelah mengalami banyak pengungsian sejak Nakba.
“Generasi saya dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki kenangan yang jelas akan kehidupan sebelum tahun 1948 dan peristiwa Nakba yang mengerikan dari tahun 1947 hingga 1949,” ujarnya.
Afaf Jabiri menuturkan jika ada cerita yang jarang muncul atau sengaja disembunyikan, terutama dari orang-orang asing dan juga peneliti yang sesekali mengunjungi kamp pengungsi untuk mendokumentasikan penjajah Israel.
Menurut Jabiri, di antara kisah-kisah yang sengaja disembunyikan tersebut adalah kisah-kisah yang berisikan pengalaman penderitaan akibat kelaparan yang dipaksakan dan kekerasan seksual.
“Namun, sejujurnya, cerita mengenai kelaparanlah yang mempunyai beban emosional yang paling besar,” jelasnya.
Afaf Jabiri memaparkan jika kisah tersebut diceritakan kembali, akan seringkali diselingi dengan beberapa ungkapan pedih, seperti ‘saya berdoa pada Tuhan agar hari-hari ini tidak pernah terulang atau dialami oleh siapa pun, baik oleh kawan ataupun lawan’.
“Warga Gaza menanggung penderitaan dan kebrutalan penjajah Israel, namun, mereka juga menunjukkan kemampuan khas mereka untuk melawan taktik kelaparan, pengungsian dan juga degradasi penjajah Israel,” tegasnya.
Afaf Jabiri mengungkapkan dengan kenangan yang dimilikinya, dia melihat kenyataan pahit yang dihadapi oleh warga Gaza, dimana tindakan sederhana untuk mengamankan bahan makanan pokok untuk dikonsumsi kini telah menjadi tantangan yang berat. (*/Mey)