Internasional, gemasulawesi – Israel kembali melanjutkan agresinya di tanggal 1 Desember 2023 setelah gencatan senjata gagal diperpanjang.
Disebutkan jika meskipun begitu, kemajuan Israel di darat terlihat lamban, lebih kecil dan jauh lebih lambat jika ingin membandingkannya dengan kekuatan besar yang selama ini selalu dibanggakan oleh para menteri dan jenderal Israel sendiri.
Beberapa pakar mungkin melihat hal tersebut sebagai sebuah pertanda bahwa tentara Israel kekurangan cadangan senjata karena perang melawan Hamas.
Korban dari pihak Hamas tidak diketahui oleh dunia, namun, kemungkinan besar jika ingin dibandingkan, maka rasio korban meninggal di Jalur Gaza adalah ratusan warga sipil Palestina yang tidak disebutkan angka pastinya untuk setiap pejuang Hamas yang terbunuh.
Lambatnya kemajuan yang Israel lakukan dalam perang ini disebutkan mungkin disengaja dilakukan oleh negara Zionis tersebut.
Hal ini dimaksudkan mereka atau untuk memungkinkan dilakukannya diplomasi, pembicaraan rahasia dan kesepakatan rahasia.
Negara-negara tetangganya, seperti Mesir, Yordania, Lebanon dan Suriah, diketahui tidak ingin konflik meningkat lebih dari sekarang dan berupaya untuk tidak memperburuk konflik dengan cara apapun.
Qatar memimpin upaya diplomatik yang lumayan berhasil untuk pembebasan tawanan Hamas dan untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.
Selain itu, disebutkan jika posisi 2 kekuatan besar di kawasan dengan kekuatan militer yang kuat, Turki dan Iran, cukup aneh.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, seringkali mengeluarkan kritikannya untuk Israel dan pernah menyebutnya sebagai penjajah dalam pidatonya di demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh masyarakat Turki untuk mendukung Palestina sehari menjelang peringatan 100 tahun Republik Turki.
Dikatakan jika kritik yang dilakukan oleh Turki terhadap Israel hampir pasti bersifat politis, namun, posisi Iran lebih kompleks dan apa yang mungkin dilakukannya masih menjadi teka-teki.
Iran adalah musuh bebuyutan dari Israel dimana terdapat pertanyaan besar apakah Iran akan secara langsung berperang di Gaza.
Analisis menunjukkan jika Iran akan mengalami kerugian yang lebih besar dibandingkan keuntungan yang didapat jika terlibat dalam perang besar.
Hanya ada 2 cara yang bisa dilakukan Iran untuk melakukan perlawanan terhadap Israel, yakni melalui jalur darat dan jalur balistik.
Salah satu pakar, Zoran Kusovac, menyatakan meskipun sulit dan beresiko untuk membuat klaim yang berani, dia pikir AS mempunyai alasan untuk percaya jika tidak ada aktor negara yang akan bergabung dalam pertempuran di Palestina.
“Kecuali jika ada peningkatan kekuatan besar-besaran atau tindakan pengusiran total warga Palestina dari Jalur Gaza,” katanya. (*/Mey)