Internasional, gemasulawesi – Militer penjajah Israel menyatakan jika tinjauan yang dilakukan terhadap tragedi 29 Februari di konvoi bantuan kemanusiaan yang menyebabkan lebih dari 100 warga Palestina tewas, menemukan jika pasukan IDF menembak dengan tepat ke arah tersangka.
Menurut militer penjajah Israel, tinjauan menemukan jika pasukan tidak menembaki konvoi bantuan kemanusiaan atau rakyat Palestina yang sedang menunggu bantuan, melainkan menembaki sejumlah ‘tersangka’ yang mendekati pasukan di dekatnya.
Militer penjajah Israel menambahkan jika 'tersangka' yang ditembaki tersebut juga menimbulkan ancaman untuk pasukan penjajah Israel.
Diketahui jika pekan lalu, saat mengumumkan temuan awal penyelidikan tersebut militer penjajah Israel membantah jika mereka bertanggung jawab atas pembunuhan warga Palestina yang sedang mencari bantuan.
“Kematian yang terjadi sebagian besar terjadi karena terinjak-injak,” kata mereka.
Pengumuman tersebut menyebutkan bahwa ketika truk sedang berjalan menuju pusat distribusi, sekitar 12.000 orang berkumpul di sekitar mereka dan menjarah bantuan yang dibawa dalam truk.
Baca Juga:
Atasi Krisis Kelaparan, Seorang Warga Palestina Mulai Menanam Berbagai Tumbuhan di Kebun Rumahnya
“Saat penjarahan berlangsung, puluhan warga Palestina yang maju ke arah pasukan penjajah Israel, memberikan ancaman kepada mereka saat mereka berdiri, sebelum melakukan tembakan peringatan untuk pencegahan,” klaim mereka.
Namun, tim PBB yang melakukan penyelidikan di lokasi kejadian, para saksi, petugas medis dan juga pemantau hak asasi manusia, menyampaikan jika bukti menunjukkan adanya penembakan besar-besaran oleh pasukan penjajah Israel.
Di sisi lain, salah satu pakar dari Universitas Hamad Bin Khalifa, Marc Owen Jones, mengatakan jika pengumuman Biden tentang dermaga yang didukung oleh Amerika Serikat untuk membawa bantuan ke Jalur Gaza melalui koridor maritim hanyalah propaganda.
Baca Juga:
Perang Palestina, Perintah Evakuasi Penjajah Israel di Jalur Gaza Disebutkan Ilegal
“Itu adalah sebuah cara untuknya untuk meyakinkan anggota yang tidak puas di partainya sendiri, bahwa dia peduli terhadap Jalur Gaza,” ucapnya.
Jones menambahkan jika kenyataannya, cara yang paling efisien untuk menyalurkan bantuan ke Jalur Gaza adalah dengan melalui penyeberangan perbatasan Rafah yang selalu dihalangi oleh pejabat penjajah Israel.
Koordinato senior PBB untuk bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi di Jalur Gaza, Sigrid Kaag, menyatakan hal yang sama tentang bantuan di Jalur Gaza.
“Jalur Gaza membutuhkan lebih banyak penyeberangan darat yang lebih mudah, cepat dan mudah dibandingkan melalui laut,” terangnya. (*/Mey)