Internasional, gemasulawesi – Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan jika tim medis tidak dapat memberikan layanan kesehatan kepada pasien di RS Nasser, yang merupakan fasilitas medis terbesar kedua di Jalur Gaza.
RS Nasser diketahui terletak di selatan Khan Younis, yang kini telah hancur karena perang.
Dalam pernyataannya, Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan jika ventilator di RS Nasser berhenti bekerja setelah generator rumah sakit dimatikan karena pasokan air yang terputus dan limbah yang menumpuk meluap.
“Lebih dari 120 pasien di RS Nasser memerlukan evakuasi,” kata mereka.
Kementerian Kesehatan Gaza menyerukan lembaga-lembaga internasional untuk menekan penjajah Israel agar ‘melepaskan’ semua pekerja medis di Jalur Gaza.
“Juga mengambil tindakan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat diperlukan RS Nasser,” ujar mereka.
Dilaporkan bahwa RS Nasser sebagian dikosongkan setelah pengepungan yang dilakukan penjajah Israel selama seminggu yang kemudian diikuti dengan penggerebekan pada awal bulan Februari.
Hal tersebut diketahui dilakukan penjajah Israel di tengah kekhawatiran yang meluas terhadap puluhan pasien dan staf RS Nasser yang masih terjebak di dalam rumah sakit ketika pasukan penjajah Israel meningkatkan pemboman mereka di wilayah tersebut.
Sementara itu, salah satu staf medis RS Al-Awda yang tidak disebutkan namanya menyampaikan jika rumah sakit tersebut berisiko ditutup setelah pasukan penjajah Israel mengepung fasilitas medis tersebut selama 18 hari.
Militer penjajah Israel juga dikabarkan membunuh sejumlah staf RS Al-Awda selama pengepungan tersebut.
RS Al-Awda merupakan salah satu rumah sakit fungsional terakhir yang tersisa di Jalur Gaza utara.
Di sisi lain, terdapat video yang beredar di media sosial jika kerumuman besar rakyat Palestina yang kelaparan di Kota Gaza berebut sekantong tepung.
Baca Juga:
Sidang ICJ, Liga Arab Sebut Penjajah Israel Lakukan Dominasi Rasial terhadap Rakyat Palestina
UNFPA atau Dana Kependudukan PBB juga melaporkan jika bayi baru lahir meninggal di Jalur Gaza karena ibu mereka tidak dapat mengakses perawatan yang tepat.
Perang yang telah berlangsung sejak tanggal 7 Oktober 2023 menyebabkan puluhan ribu rakyat Palestina meninggal, dengan mayoritas adalah perempuan dan anak-anak. (*/Mey)