Internasional, gemasulawesi – Berbicara di pembukaan sidang Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa, Sekjen PBB, Antonio Guterres, mengatakan jika operasi militer penjajah Israel skala penuh di Rafah akan memberikan pukulan yang mematikan untuk program bantuan di Jalur Gaza.
Disebutkan oleh Sekjen PBB, Antonio Guterres, jika saat ini bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza sama sekali tidak mencukupi.
“Serangan semacam itu tidak hanya akan menimbulkan ketakutan untuk lebih dari 1 juta warga sipil Palestina yang berlindung di Rafah, namun, hal ini juga akan mengakhiri program bantuan kami,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Antonio Guterres, juga menyampaikan kritikannya untuk kegagalan Dewan Keamanan PBB dalam perang Palestina yang menurutnya mungkin berakibat fatal melemahkan otoritas dari Dewan Keamanan PBB.
“Dewan Keamanan PBB memerlukan reformasi yang serius terhadap komposisi dan metode kerjanya,” ujarnya.
Di sisi lain, PRCS atau Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengunggah sebuah video di media sosial resmi mereka yang menunjukkan penemuan 3 jenazah dari sebuah rumah sakit di Deir el-Balah yang terletak di Jalur Gaza tengah.
PRCS menyampaikan jika 1 orang yang terluka berhasil diselamatkan.
Diketahui jika penjajah Israel telah meningkatkan serangan mereka terhadap Deir -el-Balah saat mereka sedang mempersiapkan operasi darat ke Rafah.
Di akhir pekan, serangan penjajah Israel terhadap sebuah rumah yang menampung puluhan pengungsi Palestina di Deir el-Balah menewaskan sekitar 24 orang, yang mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.
Di sisi lain, Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, dilaporkan telah menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Presiden Mahmoud Abbas.
Mohammad Shtayyeh yang diangkat menjadi Perdana Menteri Palestina di bulan Maret 2019, dikabarkan mengajukan pengunduran dirinya di pembukaan pertemuan pemerintah pada hari Senin di Ramallah, Tepi Barat.
Saat mengumumkan pengunduran dirinya, Shtayyeh menyatakan jika dia memutuskan untuk mundur karena eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Tepi Barat dan juga perang, genosida dan kelaparan di Jalur Gaza. (*/Mey)