Internasional, gemasulawesi – Badan kemanusiaan PBB, OCHA, memperingatkan meningkatnya resiko kelaparan di Jalur Gaza.
OCHA juga menyebutkan jika UNRWA sangat membutuhkan sumber daya karena warga Palestina di Jalur Gaza berada dalam bahaya ekstrem sementara dunia terus menyaksikan dan juga mengawasi.
Dalam video yang beredar di media sosial menunjukkan jika orang-orang yang putus asa mengantri untuk mendapatkan makanan di Jalur Gaza utara.
Beberapa warga Palestina yang ditemui awak media juga mengungkapkan protes mereka terhadap kondisi yang mengecam kondisi kehidupan mereka.
Salah satu warga Jabalia, Jalur Gaza, Ahmad Atef Safi, menyampaikan jika kini warga Palestina terkadang saling berebut makanan.
“Kami tidak memiliki air, tidak ada tepung dan kami juga sangat lelah dikarenakan kelaparan,” kata Oum Wajdi Salha, salah seorang warga Jabalia yang lain.
Dia menambahkan jika rakyat Palestina menderita kelaparan dan juga kekurangan makanan.
Dalam keterangannya, OCHA menyampaikan jika tanpa pasokan makanan dan air yang memadai, serta layanan kesehatan dan gizi yang baik, peningkatan resiko kelaparan di Jalur Gaza diperkirakan akan meningkat.
Di sisi lain, Dr Musa Abdul Khaliq, seorang dokter di Jalur Gaza yang menyelesaikan pelatihan medisnya di Ukraina, berbagi pengalamannya bekerja di 2 zona perang yang berbeda.
“Di Ukraina, saya mampu memberikan kesempatan yang adil untuk pasien-pasien saya untuk pulih, namun, di RS Al -Aqsa di Gaza, saya harus membuat pilihan hidup atau mati karena kekurangan pasokan medis, terutama obat bius,” ujarnya.
Dia mengakui jika dia bertugas hampir 1 tahun di salah satu rumah sakit di Ukraina.
“Situasi di Jalur Gaza sangat berbeda, sejak hari pertama perang ini hingga saat ini, pasukan penjajah Israel melancarkan serangan, membunuh dan menghancurkan warga Jalur Gaza,” ucapnya.
Baca Juga:
Korban hingga Puluhan Ribu Jiwa, Palestina Tolak Rencana Pasca Perang Netanyahu di Jalur Gaza
Dr Musa Abdul Khaliq menuturkan jika rumah sakit dibanjiri dengan banyak mayat dan sejumlah besar rakyat Palestina yang terluka parah.
“Jika membuat perbandingan singkat, di Ukraina, rumah sakit berjumlah banyak dan berukuran besar, serta dilengkapi dengan baik, namun, di Jalur Gaza, yang terjadi justru sebaliknya,” terangnya. (*/Mey)