Internasional, gemasulawesi – Presiden UNGA atau Majelis Umum PBB, Dennis Francis, menyerukan negara-negara PBB untuk memberikan dukungan keuangan dan politik yang berkelanjutan dan dapat diprediksi kepada UNRWA.
UNRWA sendiri merupakan badan bantuan paling besar yang beroperasi di Jalur Gaza.
Sebelumnya, dilaporkan jika sejumlah negara pendonor memutuskan untuk menangguhkan pendanaan mereka untuk UNRWA setelah penjajah Israel mengklaim jika beberapa pekerja UNRWA terlibat dalam Operasi Banjir Al-Aqsa.
Karena penangguhan tersebut, UNRWA dikabarkan kini sedang berjuang untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang paling besar sejak UNRWA dibentuk.
Di sisi lain, menanggapi surat dari Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, Paus Fransiskus menyampaikan jika UNRWA telah menjadi penyelamat yang sangat diperlukan untuk jutaan rakyat Palestina.
Dalam kesempatan terpisah, UNRWA menegaskan jika penjajah Israel belum memberikan bukti yang mendukung tuduhannya.
Baca Juga:
Situasinya Buruk, Khan Younis di Jalur Gaza Masih Belum Memiliki Fasilitas Kesehatan yang Berfungsi
“Kami telah mencapai puncaknya karena kurangnya dana,” kata salah satu perwakilan mereka yang tidak disebutkan namanya.
Sementara itu, ribuan warga Palestina di Jalur Gaza utara, beberapa waktu yang lalu dikabarkan berbondong-bondong ke jalan utama dekat Kota Gaza untuk menerima pengiriman tepung dan bantuan kemanusiaan.
Sebelumnya, UNRWA mengatakan jika mereka tidak lagi berfungsi di Jalur Gaza utara di tengah pembatasan makanan dan akses bantuan yang dilakukan penjajah Israel.
Baca Juga:
Derita Kelaparan di Tengah Perang, Seorang Anak Palestina Berusia 2 Bulan Dilaporkan Meninggal
Laporan menyatakan jika warga Palestina telah mengantri di daerah tersebut sejak dini hari.
Diketahui jika persediaan makanan dan bantuan telah lama terbatas di Jalur Gaza utara, dimana banyak laporan yang menyampaikan jika wilayah tersebut menderita kelaparan yang lebih parah dibandingkan dengan wilayah Jalur Gaza sebelah selatan.
Di sisi lain, beberapa warga Palestina yang mengungsi di Deir el-Balah di Jalur Gaza tengah, mengatakan jika mereka kelelahan karena harus mengungsi berkali-kali.
“Mereka mengambil suami saya yang menjadi tahanan penjara penjajah Israel selama 7 tahun, yang sakit dan cacat, serta yang harus memakai popok sejak dia meninggalkan penjara penjajah Israel,” ungkap salah seorang diantaranya yang bernama Adiba Mohamed Abdel-Razek Abu-Amsha.
Dia mengakui jika perang ini menimbulkan penderitaan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk rakyat Palestina. (*/Mey)