Internasional, gemasulawesi – Berbicara di sidang ICJ pada hari kelima, Namibia yang diwakili oleh Menteri Kehakiman, Yvonne Dausab, mengatakan jika Namibia menuntut Mahkamah Internasional (ICJ) untuk mengakui pendudukan penjajah Israel di wilayah Palestina sebagai tindakan ilagal.
Menteri Kehakiman Namibia, Yvonne Dausab, menyebutkan jika Nambia menganggapnya sebagai kewajiban moral dan juga tanggung jawab yang suci untuk hadir di sidang ICJ.
Lebih lanjut, Menteri Kehakiman Namibia, Yvonne Dausab, menyatakan jika pendudukan penjajah Israel di Palestina tidak dapat dipertahankan lagi.
Baca Juga:
Korban hingga Puluhan Ribu Jiwa, Palestina Tolak Rencana Pasca Perang Netanyahu di Jalur Gaza
“Persamaan antara Palestina dengan Namibia sangat mencolok dan juga menyakitkan,” katanya.
Yvonne Dausab menuturkan bahwa alih-alih menggunakan hak mereka untuk memerintah diri sendiri, rakyat Palestina dan Namibia justru menderita karena kehilangan martabat manusia.
“Rakyat Palestina dan Namibia juga sama-sama menderita karena pencurian tanah dan sumber daya alam,” ujarnya.
Yvonne Dausab menekankan jika ICJ memainkan peran penting dalam perjuangan pembebasan Namibia dari pendudukan yang berkepanjangan dan melanggar hukum
Dalam kesempatan tersebut, Yvonne Dausab mengungkapkan jika di tahun 1971, ICJ menegaskan hak untuk menentukan nasib sendiri sebagai keharusan hukum yang pada akhirnya membuka jalan menuju kemerdekaan Namibia di tahun 1990.
“Karena pengalaman Namibia dengan apartheid, kami tidak dapat mengabaikan kekejaman brutal yang dilakukan terhadap rakyat Palestina,” ucapnya.
Baca Juga:
Sidang ICJ Hari Keempat, Tiongkok Serukan Solusi 2 Negara untuk Penjajah Israel dan Palestina
Yvonne Dausab menegaskan Namibia meminta ICJ untuk tidak berpaling juga dari rakyat Palestina.
Sementara itu, salah satu korban perang di Jalur Gaza, Ramadan Shamlakh, mengungkapkan kisahnya saat dia mendapatkan serangan dari pasukan penjajah Israel.
Ramadan Shamlakh diketahui tiba di salah satu rumah sakit di Jalur Gaza dengan darah di seluruh wajahnya dan matanya yang juga bengkak.
Baca Juga:
Perang Gaza, Kondisi di RS Al Shifa Dilaporkan Semakin Memburuk Setiap Harinya dan Masih Mengerikan
“Saya dibawa ke rumah sakit setelah orang yang lewat menemukan saya yang sedang kesulitan berjalan ke arah selatan dari Jalur Gaza sebelah utara,” akunya.
Ramadan Shamlakh menyampaikan jika dia telah mengalami pemukulan dan kejahatan perang.
“Saya dijadikan tameng manusia ketika pasukan penjajah Israel ketika mereka menggerebek rumah saya,” imbuhnya.
Ramadan Shamlakh mengakui jika selama diinterogasi bersama dengan anggota keluarganya, dia ditelanjangi dan juga dipukuli. (*/Mey)