Sumatera Barat, gemasulawesi – Warga yang ada di Sumatera Barat dikejutkan oleh bencana banjir lahar dingin yang mengakibatkan dampak yang sangat merugikan bagi masyarakat di beberapa kabupaten.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa jumlah korban meninggal dunia akibat banjir lahar dingin di Sumatera Barat ini telah mencapai 41 orang.
Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, mengungkap data 41 orang korban banjir lahar dingin tersebut dengan rincian 19 orang di Kabupaten Agam, 15 orang di Kabupaten Tanah Datar, dan 7 orang di Kota Padang Panjang.
Selain korban jiwa, bencana ini juga menyebabkan kerusakan pada puluhan rumah dan 12 unit jembatan di wilayah yang terkena dampaknya.
Salah satu kabupaten yang terdampak cukup parah adalah Kabupaten Agam, di mana hujan lebat yang terjadi di tiga kecamatan menjadi pemicu utama banjir bandang.
Kecamatan Canduang, Sungai Pua, dan IV Koto mengalami dampak yang sangat besar akibat dari bencana ini.
Begitu pula dengan Kabupaten Tanah Datar, di mana lima kecamatan, yaitu X Koto, Batipuh, Pariangan, Lima Kaum, dan Sungai Tarab, terendam banjir karena tingginya intensitas curah hujan.
Selain merenggut nyawa manusia, bencana ini juga meninggalkan jejak kerusakan infrastruktur yang cukup parah. Puluhan rumah hanyut, dan 12 jembatan rusak berat.
Tim gabungan dari pemerintah dan instansi terkait telah dikerahkan untuk melakukan upaya pencarian, pertolongan, dan pembersihan guna mengatasi dampak dari bencana ini.
Pembersihan lumpur yang tinggi akibat lahar dingin juga menjadi tantangan tersendiri, terutama di ruas jalan Batusangkar - Padang Panjang.
“Tim gabungan tidak hanya fokus pada upaya pencarian dan pertolongan, tetapi juga aktif dalam membersihkan ruas jalan Batusangkar - Padang Panjang yang terdampak endapan lumpur. Penggunaan alat berat bertujuan untuk mempercepat proses pembersihan akses jalan tersebut," ucap Abdul Muhari.
Namun, upaya penanganan tidak hanya sebatas pada pemulihan pasca-bencana.
BNPB dan pemerintah setempat juga sedang menggalakkan langkah-langkah preventif untuk mengurangi risiko bencana serupa di masa depan.
Hal ini termasuk dalam pengawasan intensif terhadap Gunung Marapi, yang menjadi pemicu potensi banjir bandang lahar dingin.
Peningkatan getaran hujan di sekitar Gunung Marapi juga menjadi perhatian serius, dengan imbauan kepada masyarakat untuk selalu waspada dan siap evakuasi mandiri ke tempat yang lebih aman jika diperlukan.
Keseriusan pemerintah dan instansi terkait dalam menangani situasi darurat ini menjadi sorotan penting.
Langkah-langkah koordinasi yang cepat dan efektif antara BNPB, Basarnas, TNI-POLRI, serta pemerintah daerah menunjukkan upaya nyata dalam menghadapi bencana alam yang mematikan ini. (*/Shofia)