Internasional, gemasulawesi – Pada bulan November lalu, sekelompok reporter asing terpilih yang berbasis di Israel dibawa ke bagian medan perang yang hingga kini masih berlangsung yang digambarkan oleh para jurnalis tersebut sebagai pinggiran Kota Gaza atau juga dikenal sebagai Gaza City.
Hampir semua sudut kota hancur atau rusak berat dengan banyaknya bangunan yang telah menjadi reruntuhan di Kota Gaza akibat serangan udara dan darat dari Israel.
Video yang dirilis menunjukkan beberapa tank Merkava milik IDF yang dikumpulkan di sebuah tempat yang dipakai menjadi perkemahan dan juga dikelilingi oleh tanggul yang berpasir yang juga memiliki ketinggian yang cukup dan terletak di Kota Gaza.
Dinding tersebut dimaksudkan untuk menghalangi pejuang Hamas untuk melakukan serangan yang disebut serangan tabrak lari.
Hal ini juga memberikan bukti bahwa pertempuran terberat di Kota Gaza adalah pertempuran bawah tanah melalui terowongan Hamas yang belum dimulai dengan sungguh-sungguh meski perang telah dimulai kembali.
Beberapa terowongan Hamas mungkin telah teridentifikasi oleh IDF dan dihancurkan saat pasukan bergerak maju, namun, kemungkinan besar itu hanyalah sebagian kecil saja dari sekian banyak terowongan yang ada.
Untuk memasuki terowongan Hamas, dikatakan jika pasukan Israel harus menggunakan praktik militer yang telah berusia berpuluh-puluh tahun dan telah lama terlupakan dengan banyaknya taktik yang lebih canggih untuk mengatasi tantangan pertempuran bawah tanah.
Untuk mendapatkan posisi berperang di terowongan Hamas, Israel harus mengidentifikasi sebanyak mungkin pintu masuk yang ada dan tersembunyi.
Salah satu pakar, Zoran Kusovac, menyatakan jika terowongan Hamas diyakini memiliki panjang hingga 500 kilometer dan pintu masuknya mungkin mencapai puluhan ribu dengan letaknya yang bervariasi.
Namun, Israel telah bersiap untuk mengatasi terowongan tersebut sejak serangan yang dilakukan ke Gaza pada tahun 2014.
Laporan menyebutkan jika pengawasan yang tidak henti-hentinya dilakukan oleh drone, menggunakan perangkat canggih yang menganalisis pola pergerakan dan dapat mengenali wajah individu yang kemudian mencocokkannya dengan database anggota Hamas yang diketahui.
“Dan itu mengungkapkan ratusan atau ribuan pintu masuk, serta informan mungkin menambahkan lebih banyak lagi dan saya tidak akan terkejut jika unit khusus pasukan perang terowongan Israel, Weasels (Samur), mengetahui separuh titik akses terowongan,” jelasnya.
Di sisi lain, untuk memetakan terowongan Hamas dengan tingkat akurasi apapun, disebutkan jika pasukan komando harus masuk ke dalam, menghadapi bahaya dan kesulitan besar.
“Setelah berada di dalam terowongan, Samur kemungkina besar akan beroperasi dengan kacamata penglihatan malam daripada memberitahukan posisinya menggunakan lampu,” imbuhnya.
Kusovac memaparkan jika militer Israel tidak akan bisa menggunakan radio untuk berkomunikasi dengan unit di permukaan.
“Jadi, mereka harus menggunakan telepon lapangan, teknologi yang telah ada lebih dari 100 tahun yang lalu,” tandasnya. (*/Mey)