Nasional, gemasulawesi - Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada hari Jumat menyatakan bahwa bencana kelaparan yang melanda Jalur Gaza bukan terjadi secara alami, melainkan merupakan kondisi yang sengaja diciptakan.
UNRWA menyebut bahwa skema penyaluran bantuan yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat, yakni "Gaza Humanitarian Foundation" (GHF), sengaja dirancang untuk mendukung kepentingan militer dan agenda politik tertentu.
“Ini adalah kelaparan yang terjadi bukan karena kebetulan, tapi karena dirancang. Anak-anak kembali menjadi korban hari ini, meninggal dengan tubuh yang tinggal tulang akibat tidak mendapatkan cukup makanan,” bunyi pernyataan itu.
UNRWA menyoroti bahwa sistem distribusi bantuan GHF dinilai tidak efektif dan tidak dirancang untuk menjawab kondisi darurat kemanusiaan di Gaza.
Baca Juga:
Indonesia Tegaskan Pertukaran Data dengan AS Sesuai Hukum dan Tidak Langgar HAM
Menurut badan tersebut, sistem ini justru dimanfaatkan untuk kepentingan militer dan politik, dan alih-alih menyelamatkan nyawa, sistem tersebut justru memperparah jumlah korban jiwa.
Dalam penjelasannya, UNRWA menyebut bahwa Israel memiliki kontrol penuh terhadap akses bantuan kemanusiaan, baik yang masuk ke Gaza maupun yang beredar di dalam wilayah tersebut. Sejak 27 Mei, Israel mulai menjalankan skema distribusi bantuan melalui GHF—mekanisme yang mendapatkan dukungan dari Israel dan Amerika Serikat namun ditolak oleh PBB serta sejumlah organisasi kemanusiaan besar.
UNRWA mengingatkan bahwa selama jeda gencatan senjata pada awal 2025, yang dimulai pada Januari namun tidak dijalankan kembali oleh Israel pada Maret, mereka sempat berhasil mengurangi dampak kelaparan yang kian parah.
Kini, badan tersebut menyatakan ada sekitar 6.000 truk bermuatan bantuan makanan dan medis yang tertahan di Mesir dan Yordania, tak kunjung bisa disalurkan.
Baca Juga:
BMKG Imbau Waspada Usai 113 Gempa Susulan Guncang Poso
UNRWA terus mendesak agar mekanisme distribusi bantuan di bawah pengawasan PBB kembali diberlakukan demi mengurangi penderitaan warga Gaza.
Namun sejak 2 Maret, Israel menghentikan pelaksanaan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas, serta menutup seluruh jalur masuk ke Gaza, menyebabkan ratusan truk bantuan terhenti di perbatasan.
Israel mengabaikan desakan komunitas internasional untuk menghentikan serangan dan terus melakukan aksi militer di Gaza sejak akhir 2023.
Aksi ini telah menewaskan lebih dari 59.600 warga Palestina. Dalam beberapa hari terakhir, korban meninggal akibat kelaparan. (*/Zahra)