Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan, Klub Tahanan Palestina menyatakan jumlah tahanan perempuan yang ditahan secara administratif oleh penjajah Israel telah meningkat menjadi 25 orang atau lebih dari 2 lusin.
Klub Tahanan Palestina mengatakan mereka yang disebut dengan tahanan administratif ditangkap berdasarkan ‘bukti rahasia, tidak diperbolehkan membela diri di pengadilan dan tidak mengetahui tuduhan terhadap mereka.
“Para tahanan Palestina itu biasanya akan ditahan untuk jangka waktu 6 bulan yang dapat diperbarui dan seringkali berujung pada penahanan yang bertahun-tahun di penjara-penjara penjajah Israel,” kata mereka.
Mereka menambahkan diantara para tahanan perempuan yang ditahan secara administratif, ada sekitar 4 orang jurnalis dan seorang pengacara.
“Tahanan administratif perempuan termasuk diantara 82 perempuan yang ditahan di Penjara Damoun,” ujar mereka.
Dalam pernyataannya kemarin, 14 Mei 2024, waktu Palestina, Klub Tahanan Palestina juga mencatat jika angka ini tidak termasuk semua tahanan perempuan di kamp-kamp Gaza sebagai akibat dari kejahatan penghilangan paksa yang terus berlanjut.
Meskipun penjajah Israel menekankan prosedur itu memungkinkan pihak berwenang untuk menahan tersangka sambil terus mengumpulkan bukti, para kritikus dan kelompok HAM menegaskan sistem itu disalahgunakan secara luas.
Selain itu, ditegaskan mereka, juga mengabaikan proses hukum yang berlaku.
Di sisi lain, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, juga dikabarkan berencana melakukan perjalanan ke Arab Saudi dan penjajah Israel akhir pekan ini.
Di bulan Desember 2023 lalu, Sullivan juga mengadakan pertemuan dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dari Arab Saudi untuk membahas perang yang masih berlangsung di Jalur Gaza.
Hal lain yang dibahas keduanya adalah upaya menciptakan perdamaian berkelanjutan antara penjajah Israel dan Palestina.
Kunjungan terbaru Jake Sullivan disebutkan terjadi setelah peringatan Amerika Serikat terkait serangan besar-besaran yang dilakukan oleh pasukan penjajah Israel ke Rafah.
Di pihak lain, ribuan warga Palestina mengambil bagian dalam pawai tahunan melewati reruntuhan desa-desa tempat warga Palestina diusir selama perang tahun 1948 yang berujung pada berdirinya negara penjajah Israel.
Dengan berbalut syal keffiyeh dan mengibarkan bendera Palestina, pria dan wanita berunjuk rasa di desa-desa al-Kassayer dan al-Husha yang ditinggalkan saat Nakba.
Banyak diantara mereka yang memegang papan bertuliskan nama puluhan daerah lain yang hancur tempat keluarga mereka mengungsi. (*/Mey)