Internasional, gemasulawesi – Dilaporkan jika delegasi Hamas akan berangkat ke Kairo, Mesir, pada hari Minggu, 7 April 2024, sebagai tanggapan Hamas atas undangan Mesir untuk membahas perkembangan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas menyatakan jika delegasi mereka dipimpin oleh Khalil Al-Hayya.
Hamas juga menegaskan kepatuhan mereka terhadap posisi mereka yang sebelumnya telah disampaikan pada tanggal 14 Maret 2024.
Menurut laporan hari ini, 7 April 2024, diketahui jika sebelumnya Hamas menyampaikan jika tuntutan rakyat dan pasukan nasional mereka adalah gencatan senjata permanen, penarikan pasukan dari Jalur Gaza, kembalinya para pengungsi Palestina ke tempat tinggal mereka di Jalur Gaza.
“Tuntutan yang lainnya adalah bantuan dan perlindungan, kebebasan bergerak dan juga kesepakatan pertukaran yang serius,” kata mereka.
Di akhir pekan, tepatnya di hari Jumat, seorang pejabat pemerintah Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya memaparkan jika Presiden AS, Joe Biden, baru-baru ini mengirimkan 2 surat khusus kepada Presiden Mesir dan Emir Qatar yang berkaitan dengan percepatan negosiasi gencatan senjata.
Pejabat tersebut menuturkan jika Biden dalam suratnya meminta Mesir dan Qatar untuk menekan Hamas untuk mempercepat negosiasi gencatan senjata.
Namun, hingga kini, belum ada komentar langsung dari Mesir dan Qatar mengenai dimulainya kembali perundingan di hari Minggu ini.
Diketahui jika perang di Jalur Gaza telah menyebabkan lebih dari 33 ribu warga Palestina terbunuh dan lebih dari 75 ribu warga Palestina lainnya terluka akibat kehancuran massal yang terjadi dan kekurangan kebutuhan pokok yang melanda Jalur Gaza, terutama Jalur Gaza bagian utara.
Di sisi lain, pemerintah Australia berencana menunjuk penasihat khusus untuk bekerja sama dengan penjajah Israel untuk memastikan transparansi dalam penyelidikan serangan udara yang telah mengakibatkan 7 pekerja bantuan internasional tewas, termasuk warga Australia.
Warga Australia yang menjadi korban diketahui bernama Lalzawmi ‘Zomi’ Frankcom, yang berusia 43 tahun.
Pekerja kemanusiaan lainnya yang menjadi korban berasal dari Inggris, Polandia, Palestina and AS-Kanada. (*/Mey)