Internasional, gemasulawesi - Di tanggal 1 Desember 2023 yang menjadi hari terakhir gencatan senjata antara Israel dengan Hamas, Israel telah meningkatkan invasinya ke Palestina, terutama ke Jalur Gaza.
Pengeboman udara yang dilakukan oleh IAF (Angkatan Udara Israel) kembali terjadi dalam beberapa menit setelah jeda kemanusiaan yang dilakukan selama seminggu.
Hal ini juga diikuti dengan kemajuan unit lapis baja, artileri dan infanteri di darat oleh militer Israel.
Salah satu pakar, Zoran Kusovac, menyatakan jika selama gencatan senjata yang berlangsung selama beberapa waktu yang lalu, pasukan Israel terus mengeluarkan peringatan dan ancaman yang ditujukan terutama pada Hamas tetapi juga terhadap penduduk Palestina.
“Pasukan Israel memutuskan untuk membuka front balik dengan maju ke bagian selatan Gaza yang mirip dengan serangan mereka ke Kota Gaza di bulan November,” katanya.
Kusovac menuturkan ketika batalion Israel bertemu di tengah jalan, mereka menyelesaikan pengepungan wilayah Jarara hingga perbatasan Israel.
“Masih belum jelas mengapa Israel memilih untuk tetap melibatkan kekuatan besatr dalam memblokade wilayah kecil, lahan pertanian dan pinggiran kota yang nilai pertahannya tampaknya tidak signifikan ini,” ujarnya.
Kusovac menyampaikan jika pemboman udara, seperti yang juga diketahui dunia, terus berlanjut, dan jumlah korban sipil masih tinggi.
“Angka-angka ini sangat tidak proporsional dibandingkan dengan 93 warga Israel yang terbunuh di Gaza sejauh ini, yang semuanya adalah anggota militer,” terangnya.
Baca Juga: Lama Dijajah, Apa Arti dari Terowongan Hamas di Jalur Gaza dan Sandera untuk Rakyat Palestina?
Zoran Kusovac menekankan jika Israel berusaha untuk menangkis tuduhan pembunuhan warga sipil tanpa pandang bulu, namun, klaim tersebut tidak masuk akal.
“Awal pekan kemarin, dalam sebuah pengarahan di Israel, seorang pejabat mengatakan bahwa soerang pejuang Hamas terbunuh untuk setiap 2 warga sipil,” imbuhnya.
Kusovac menerangkan jika hal tersebut menunjukkan bahwa ini adalah rasio pembunuhan yang lebih baik antara kombatan dan warga sipil dibandingkan sebagian besar tentara dalam perang baru-baru ini.
“Saya melihat tanda-tanda yang menunjukkan atau mengindikasikan Hamas mulai pecah di Gaza,” ungkap Yoav Gallant yang merupakan Menteri Pertahanan Israel kepada pasukan yang dia kunjungi di hari Jumat.
Namun, Kusovac menyampaikan jika klaim Gallant merupakan upaya yang berlebihan atau optimis untuk meningkatkan moral prajuritnya.
“Pada kenyataannya, jelas bahwa Hamas terus berjuang dengan cara yang tidak mungkin dilakukan jika mereka kehilangan jumlah pejuang yang dibunuh Israel sebanyak yang diklaim Israel,” tegasnya. (*/Mey)