Internasional, gemasulawesi - Baru-baru ini, salah satu pakar, Zoran Kusovac, menyatakan jika pertempuran yang terjadi di Gaza antara tentara Israel dan kelompok atau organisasi Hamas adalah contoh perang asimeteris modern.
Zoran Kusovac menyebutkan kapan pun pertempuran berakhir seperti pertempuran yang kini sedang berlangsung antara Israel dengan Hamas, hal itu akan dipelajari oleh meraka yang berprofesi sebagai ahli strategi dan juga ahli taktik.
Zoran Kusovac menyampaikan jika istilah dari perang asimetris telah digunakan oleh beberapa pihak selama kurang dari 60 tahun.
Baca Juga: Lama Dijajah, Apa Arti dari Terowongan Hamas di Jalur Gaza dan Sandera untuk Rakyat Palestina?
“Namun, konsepnya jauh lebih tua,” ujarnya.
Kusovac menuturkan jika awalnya istilah perang asimetris menunjukkan konflik antara pihak yang bertikai atau musuk yang sangat berbeda.
Yang dikatakannya seringkali secara sederhana menggambarkannya sebagai situasi David vs Goliath.
“Perang asimetris biasanya lebih berdarah dan juga lebih biadab dibandingkan dengan perang antara pasukan reguler,” jelasnya.
Zoran Kusovac memaparkan jika dalam konflik negara versus non-negara, para pejuang yang terlibat tidak diakui sebagai kombatan yang tepat sehingga tidak dianggap dilindungi oleh konvensi dan hukum perang internasional.
“Tentara reguler akan menggunakan senjata dan taktik yang mungkin tidak dapat diterima secara hukum untuk memenangkan perang dalam perang yang sebenarnya,” katanya.
Menurut Kusovac, dalam perang asimetris, ara pemberontak juga melakukan tindakan-tindakan yang terang-terangan ilegal dan seringkali mengakui jika mereka melakukan hal tersebut karena tidak diakui sebagai pihak yang setara.
“Banyak perang, baik sipil ataupun perang lainnya, yang dalam setengah abad terakhir ini bersifat asimetris,” terangnya.
Kusovac lantas mencontohkan perang asimetris, yakni terjadi di perang Vietnam, Afghanistan, Kosovo, Srilanka dan Suriah.
“Untuk pertempuran di Palestina terutama di Gaza, kasus perang asitemetris yang paling relevan denga mereka adalah pertempuran lanjutan antara Hizbullah dengan Israel dan juga perang Ukraina,” imbuhnya.
Kusovac menekankan jika meskipun Ukraina dan Rusia adalah negara, terdapat elemen penting perang asimetris dalam respons awal Kyiv terhadap agresi tersebut.
Perang antara Israel dan Hamas sendiri telah memasuki bulan ketiga sejak tanggal 7 Oktober 2023 lalu dengan belasan ribu rakyat Palestina yang tewas dan lebih dari 1 juta orang lainnya harus mengungsi untuk mencari tempat yang aman. (*/Mey)