Internasional, gemasulawesi – Merayakan Idul Fitri di saat perang membuat sekelompok perempuan Palestina di Jalur Gaza membuat kue-kue tradisional di dalam tenda-tenda tempat mereka mengungsi, yang salah satunya terletak di Deir el-Balah, yang terletak di pusat Jalur Gaza.
Para perempuan Palestina tersebut membuat kue-kue tradisional khas Palestina dengan menggunakan persediaan bantuan kemanusiaan yang disediakan oleh beberapa organisasi amal.
Salah satu pengungsi Palestina, Ahlam Saleh, mengatakan jika tidak ada rumah Palestina tanpa kue.
Menurutnya, suasana Idul Fitri telah ada sebelum perang.
“Dan sekarang, tidak ada kegembiraan untuk Idul Fitri mengingat adanya perang yang hingga kini masih berlangsung,” katanya.
Namun, terlepas dari kenyataan pahit tersebut, Ahlam Saleh mengungkapkan jika melalui inisiatif ini, kelompok perempuan Palestina tersebut berusaha untuk menciptakan suasana kegembiraan Idul Fitri untuk anak-anak.
Saleh mengakui jika dia telah kehilangan banyak anggota keluarga selama perang berlangsung.
“Saya kehilangan anak-anak, sepupu, seorang paman saya dan juga saudara ipar,” ujarnya.
Saleh menambahkan jika beberapa tetangganya juga terbunuh.
“Saya akan merindukan banyak orang di saat malam Idul Fitri,” ungkapnya.
Sementara itu, anak-anak pengungsi di Deir el-Balah menyatakan jika mereka menghargai upaya kelompok perempuan tersebut.
Salah satu gadis muda yang tinggal di tempat penampungan sementara di Deir el-Balah, Rama Kassab, menyampaikan jika mereka berusaha untuk membuat anak-anak bahagia di sekolah dengan menciptakan suasana di bulan Ramadhan dan juga Idul Fitri.
Di sisi lain, UNRWA, yang merupakan organisasi bantuan paling besar yang beroperasi di Jalur Gaza, menyatakan jika mereka telah mengirimkan lebih dari 10 juta unit makanan sejak perang dimulai.
“Kami juga mengirimkan lebih dari 24 juta liter air kepada warga Palestina di wilayah Jalur Gaza, namun, semua bantuan ini belum mencukupi kebutuhan masyarakat Gaza,” terang mereka.
UNRWA melanjutkan jika setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan hidup.
“Kami membutuhkan lebih banyak akses sekarang,” tegas mereka.
Diketahui jika wilayah utara Jalur Gaza adalah daerah yang paling parah dilanda kelaparan. (*/Mey)