Internasional, gemasulawesi - Menurut laporan, ketika para pemimpin dunia berkumpul di Dubai untuk menghadiri Konferensi Perubahan Iklim atau COP28 beberapa waktu lalu, Presiden Israel, Isaac Herzog, dan delegasi Israel diizinkan untuk bergabung.
COP28 disebutkan merupakan salah satu tempat yang digunakan oleh Israel untuk melakukan greenwashing terhadap citranya.
COP28 juga menjadi tempat bagi Israel untuk memperkuat normalisasi hubungan dengan negara-negara Arab.
Baca Juga: Ikut Berduka, Umat Kristen Palestina di AS Tidak Rayakan Natal Mereka Tahun Ini
Dikatakan jika apa yang disebut dengan proyek kolaborasi ramah lingkungan antara Israel dan negara-negara Arab merupakan bentuk normalisasi lingkungan untuk melakukan greenwash dan juga menormalisasi penindasan Israel serta ketidakadilan lingkungan.
“Hal ini secara efektif memperluas kolonialisme hijau Israel ke seluruh dunia Arab dan menolaknya harus menjadi bagian dari solidaritas dan perjuangan Arab dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina,” kata ketiga pakar, Manal Shqair, Hamzah Hamouchene daan Hafawa Rabhi.
Salah satu contoh nyata dari normalisasi lingkungan adalah kesepakatan yang terjadi antara Israel dengan Yordania yang juga mendapatkan dukungan dari Uni Emirat Arab untuk menukar air hasil desalinasi dengan energi.
Normalisasi lingkungan yang dilakukan Israel juga telah merambat ke sektor energi.
Diketahui jika di tahun 2022 lalu, beberapa bulan sebelum COP27, perusahaan Israel menandatangani nota kesepahaman untuk mengembangkan energi terbarukan.
Itu untuk negara Yordania, Maroko, Mesir, UEA dan Bahrain, selain juga Arab Saudi dan Oman yang diketahui belum secara resmi menormalisasi hubungan dengan Israel.
Dengan memburuknya krisis iklim dan energi, Israel dikatakan kemungkinan besar akan memanfaatkan semakin meningkatnya ketergantungan negara-negara lain terhadap teknologi, energi dan juga sumber daya air sebagai alat untuk mengesampingkan perjuangan Palestina.
“Oleh karena itu, terdapat hubungan yang erat antara greenwashing Israel yang diperkuat dengan normalisasi lingkungan dengan konsolidasi apartheid dan kolonialisme pemukim di Palestina dan juga Dataran Tinggi Golan,” lanjut mereka.
Ketiga pakar tersebut menegaskan jika gerakan akar rumput internasional harus meningkatkan dukungan mereka terhadap boikot, divestasi dan juga sanksi terhadap Israel.
Baca Juga: Belum Selesai, Pejuang Tepi Barat Sebut Merupakan Hak Mereka untuk Membela Diri
“Dan juga lebih menyoroti peran perusahaan ‘teknologi hijau’ Israel dalam penjajahan Palestina,” imbuh mereka. (*/Mey)