Internasional, gemasulawesi - Saat Natal tiba, salah satu umat Kristen Palestina di Amerika Serikat, Huwaida Arraf, mengakui jika rumahnya biasanya memiliki dekorasi yang paling terang di daerah kediamannya yang berada di Michigan.
Huwaida Arraf menyatakan untuk tahun ini, dengan perang yang masih berkecamuk di Palestina, dia hanya menggantungkan 1 tanda di halaman rumahnya yang bertuliskan ‘Bethlehem Membatalkan Natal Karena Israel Membantai Warga Palestina #GazaGenocide’.
Seperti kebanyakan umat Kristen Palestina yang lainnya di Amerika Serikat, Huwaida Arraf tidak merayakan Natal untuk tahun ini.
Ketika korban jiwa tembus hingga lebih dari 18.000 orang, Arraf mengakui dia dan yang lain seperti dirinya sedang berjuang untuk menikmati liburan.
“Tidak ada kegembiraan yang bisa didapat saat ini,” katanya.
Dia menuturkan jika orang sepertinya tidak bisa benar-benar merayakan Natal ketika tempat lahir dan tanah airnya sedang dilanda perang seperti sekarang dan tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk melakukannya.
Laporan menyebutkan jika Huwaida Arraf tidak sendirian.
Di Amerika Serikat, para aktivis dan warga Amerika keturunan Palestina dengan banyak gereja dan komunitas Kristen membatalkan perayaan Natal untuk menghormati Palestina dan juga sebagai protes untuk kekerasan yang terus berlanjut.
Bahkan di Betlehem yang dianggap sebagai tempat kelahiran Kristus yang terletak di Tepi Barat, jalanan sepi dan dekorasi redup.
Baca Juga: Belum Selesai, Pejuang Tepi Barat Sebut Merupakan Hak Mereka untuk Membela Diri
Gereja Lutheran di Betlehem dikatakan menampilkan adegan kelahiran Yesus yang menunjukkan Yesus Kristus sebagai seorang anak yang lahir di reruntuhan untuk mencerminkan kehancuran di Gaza.
Salah seorang dokter dari Michigan tenggara, Nabil Khoury, menyampaikan tidak ada kegembiraan dan tidak ada perayaan untuk tahun ini.
“Sulit untuk merayakannya ketika kita memiliki banyak keluarga, teman daan rekan senegara yang menderita akibat genosida,” ucapnya.
Baca Juga: Dibombardir, Ini Alasan Kenapa Penjajah Israel Menargetkan Kamp Pengungsi Jabalia
Khoury menyebutkan jika sektarianisme tidak memecah dan umat Kristen Palestina tidak memandang diri mereka terpisah dari komunitas mereka.
Dia menegaskan umat Kristen Palestina adalah bagian dari masyarakat Palestina dan keyakinan akan masa depan mereka ada pada warga negara mereka.
Huwaida Arraf juga menekankan bahwa dia tidak membedakan antara Muslim atau Kristen korban kekejaman Israel. (*/Mey)