Internasional, gemasulawesi – Militer penjajah Israel telah menembak dan membunuh 3 orang warga Palestina di Tulkarem, Tepi Barat, dalam penyerbuan yang kembali dilakukan.
Dilaporkan jika pasukan penjajah Israel melepaskan tembakan di jalan-jalan dan mengerahkan penembak jitu, yang membuat 3 pria Palestina berusia 20-an meninggal pada tanggal 15 Mei 2024 kemarin, waktu Palestina.
Dalam penggerebekan tersebut, pria lain juga ditangkap di Anabta, yang terletak di sebelah timur Tulkarem.
Selain itu, militer juga telah menangkap 4 pekerja setelah melakukan penggerebekan di toko penukaran uang di Bethlehem, Al Bireh, Jenin, Nablus dan Tubas, serta Tulkarem, dimana pertempuran dan ledakan juga dilaporkan terjadi.
Pasukan penjajah Israel juga dikabarkan melakukan penggerebekan di sejumlah daerah lain yang ada di Tepi Barat.
Wilayah-wilayah tersebut, yakni Hebron, Beit Ummar dan Jericho.
Dalam penyerbuan di Qalqilya, 2 warga Palestina tertembak dan di Hebron, seorang pria ditangkap dalam penggerebekan di kota al-Samou dan Bani Naim, Tepi Barat.
Di sisi lain, terjadinya pertengkaran di depan publik telah mengungkap perpecahan di dalam kabinet perang penjajah Israel.
Di hari Rabu kemarin, 15 Mei 2024, dalam konferensi pers yang dilakukan di Tel Aviv, Menteri Pertahanan penjajah Israel, Yoav Gallant, menyatakan secara terbuka jika penjajah Israel tidak boleh terlibat dalam kekuasaan militer di Jalur Gaza setelah perang selesai.
Dia juga meminta Benjamin Netanyahu untuk secara terbuka menolak skenario tersebut.
Tidak lama setelah itu, Netanyahu menyebutkan Otoritas Palestina tidak akan memerintah Jalur Gaza.
“Selama Hamas masih ada, tidak ada partai lain yang akan memerintah di Jalur Gaza,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Benny Gantz, yang merupakan anggota ketiga kabinet perang di penjajah Israel, memberikan dukungannya kepada Yoav Gallant.
Dia menegaskan Gallant mengatakan kebenaran dan adalah tanggung jawab kepemimpinan untuk melakukan hal yang benar untuk negara dengan segala cara.
Diketahui jika semakin banyak kritik yang ditujukan kepada Netanyahu yang menyatakan jika dia belum memiliki rencana yang jelas mengenai bagaimana Jalur Gaza harus diatur setelah perang selesai, dalam apa yang disebut dengan skenario ‘hari setelahnya’. (*/Mey)