Sebut Abaikan Peringatan, Pemimpin Oposisi Penjajah Israel Nyatakan Pemerintahan Netanyahu Menyeret Negaranya ke dalam Bencana

Ket. Foto: Pemimpin Oposisi Penjajah Israel Menyampaikan Bahwa Pemerintahan Benjamin Netanyahu Menyeret Negaranya ke dalam Bencana
Ket. Foto: Pemimpin Oposisi Penjajah Israel Menyampaikan Bahwa Pemerintahan Benjamin Netanyahu Menyeret Negaranya ke dalam Bencana Source: (Foto/Instagram/@unrwa)

Internasional, gemasulawesi – Pemimpin oposisi penjajah Israel, Yair Lapid, menyatakan jika pemerintahan Benjamin Netanyahu menyeret negaranya ke dalam bencana, baik sosial atau ekonomi.

Yair Lapid menyebutkan bahwa seperti sebelum peristiwa Banjir Al-Aqsa, pemerintah penjajah Israel juga mengabaikan semua peringatan yang diberikan para profesional.

“Saya meminta para menteri di kabinet penjajah Israel untuk menentang undang-undang mengenai pengecualian wajib militer, karena jika tidak, bencana ini akan terjadi pada hati nurani mereka,” katanya.

Baca Juga:
Termasuk dengan Terowongan Milik Hamas, Pesawat Tempur Militer Penjajah Israel Serang Lebih dari 60 Sasaran di Jalur Gaza

Diketahui jika undang-undang yang dimaksud Lapid, yang telah disetujui oleh Benjamin Netanyahu selaku perdana menteri penjajah Israel, akan meningkatkan usia pembebasan untuk orang Yahudi Haredi ultra-Ortodoks dari dinas militer menjadi 35 tahun, naik dari yang sebelumnya 26 tahun.

Hal ini juga akan memastikan semua laki-laki Haredi yang gagal mendaftar wajib militer tidak akan menghadapi sanksi pidana.

Sementara itu, salah satu menteri di kabinet penjajah Israel, Israel Katz, yang merupakan Menteri Luar Negeri, menyatakan jika kegagalan Amerika Serikat untuk memveto resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai Jalur Gaza yang baru-baru ini disahkan membuat pembebasan tawanan semakin sulit.

Baca Juga:
Disambut Baik Sejumlah Pihak, DK PBB Sahkan Resolusi yang Menuntut Gencatan Senjata Segera di Jalur Gaza

“Hamas mengambil keuntungan dari kurangnya hak veto AS untuk menghindari konsekuensi gencatan senjata,” ujarnya.

Diketahui jika resolusi gencatan senjata tersebut menuntut gencatan senjata segera di bulan Ramadhan dan juga pembebasan segera, serta tanpa syarat para tawanan yang masih berada di Jalur Gaza.

Amerika Serikat dilaporkan memilih abstain dalam pemungutan suara yang dilakukan Dewan Keamanan PBB.

Baca Juga:
Pasukan Penjajah Israel Lakukan Serangkaian Serangan Udara, Puluhan Warga Palestina Dilaporkan Tewas di Jalur Gaza

Sebelumnya, AS memveto 3 resolusi gencatan senjata.

Di sisi lain, dikabarkan jika disahkannya resolusi gencatan senjata oleh Dewan Keamanan PBB cukup signifikan untuk sebagian besar warga Palestina di Jalur Gaza.

“Resolusi membuat banyak orang berharap,” ucap salah satu sumber yang tidak disebutkan namanya.

Baca Juga:
Dikelola dengan Sumber Daya Minimal, Seorang Dokter Sebut Situasi di RS Eropa Jalur Gaza Tidak Terbayangkan

Dia melanjutkan bahwa meskipun begitu, segala sesuatunya masih sangat hati-hati karena kantor perdana menteri penjajah Israel dan juga kabinet penjajah Israel menyatakan jika resolusi tersebut tidak berarti apa-apa untuk militer penjajah Israel. (*/Mey)

...

Artikel Terkait

wave
Sebut Situasinya Sangat Buruk di Gaza, Direktur Perencanaan UNRWA Nyatakan Lebih Banyak Orang Akan Meninggal Jika Bantuan Diblokir

Direktur Perencanaan UNRWA mengatakan lebih banyak orang yang akan meninggal di Jalur Gaza jika bantuan kemanusiaan diblokir.

Perang Belum Berhenti, Seorang Analis Sebut Penjajah Israel Berusaha Kosongkan Jalur Gaza untuk Membangun Kembali Pemukiman

Seorang analis menyampaikan penjajah Israel berusaha mengosongkan Jalur Gaza dari warga Palestina untuk membangun kembali pemukiman.

Daripada Menggunakan Taktik Mengelak, Salah Satu Politisi Palestina Sebut AS Harus Mendukung Resolusi Langsung di DK PBB

Salah satu politisi Palestina, Hanan Ashrawi, menyebutkan jika AS harus mendukung resolusi langsung di Dewan Keamanan PBB.

Hingga Tuntutan Dipenuhi, Pengunjuk Rasa di Tel Aviv Sebut Akan Terus Melakukan Pemblokiran Jalan

Para pengunjuk rasa di Tel Aviv menyampaikan jika mereka akan terus melakukan pemblokiran jalan hingga tuntutan mereka dipenuhi.

Lebih Banyak Kematian, Serangan yang Dilakukan Pasukan Penjajah Israel di Rafah Menewaskan Sedikitnya 6 Orang dari 1 Keluarga

Serangan yang dilakukan penjajah Israel di Rafah diketahui menyebabkan sedikitnya 6 orang yang berasal dari 1 keluarga tewas.

Berita Terkini

wave

Kabut di Tambang Parigi Moutong: "Gertak Sambal" Polda Sulawesi Tengah Dalam Penertiban PETI

Operasi penyisiran Disinyalir tanpa hasil dari Polda Sulawesi tengah saat ini, akibat operasi itu dinilai hanya aksi seremonial.

Kala Jaring dan Gelombang Seismik Berbenturan di Teluk Tomini

Nelayan Parigi moutong gelar aksi demo buntut dari puluhan rompon diputus oleh tim survey potensi Migas di perairan teluk tomini.

Dugaan Monopoli Tambang Ilegal di Buranga: Sosok 'Reny' Asal Jawa Barat Jadi Sorotan

Sosok reni pelaku tambang ilegal di Desa Buranga yang disebut-sebut kebal hukum dan beroperasi dibekas lahan yang pernah menelan korban jiwa

Dugaan Dominasi Tambang Ilegal di Desa Tombi: Peran Haji Anjas dan Infrastruktur Talang Raksasa

Kuatnya bekingan Kelompok Haji Anjas hingga saat ini belum tersentuh oleh Aparat penegak Hukum berkaitan dengan pengelolaan tambang ilegal.

SMART GOV dan CITIGOV untuk Tekan Kebocoran PAD di Parigi Moutong

Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) terus memacu transformasi digital dalam sektor perpajakan dan ekspansi digitalisasi ke sektor retribusi.


See All
; ;