Internasional, gemasulawesi – Salah satu dokter dan ahli anastesi di RS Eropa yang berada di Khan Younis, Jalur Gaza, Konstantina Ilia Karydi, menggambarkan dan menyatakan situasi di dalam rumah sakit tidak terbayangkan.
Konstantina Ilia Karydi mengungkapkan jika RS Eropa awalnya hanya memiliki kapasitas 200 tempat tidur, namun, karena perang, telah bertambah menjadi 1.000 tempat tidur.
Konstantina Ilia Karydi juga menyampaikan jika ada sekitar 22.000 pengungsi yang berlindung di koridor-koridor rumah sakit dan tenda yang didirikan di dalam rumah sakit.
“Hal ini dikarenakan masyarakat merasa lebih aman berada disini jika dibandingkan dengan tempat lain di Jalur Gaza,” katanya.
Diketahui jika Konstantina Ilia Karydi adalah anggota Tim Medis Darurat atau EMT yang bekerja dengan Bantuan Medis untuk Palestina, Komite Penyelamatan Internasional serta Dana Bantuan Anak Palestina.
Dalam siaran persnya, kelompok tersebut menyampaikan staf mereka telah menyaksikan secara langsung pemandangan mengerikan di rumah sakit dengan pasien yang meninggal dikarenakan infeksi dengan bukti malnutrisi yang serius.
Disebutkan jika RS Eropa adalah salah satu fasilitas medis terakhir yang berfungsi di Jalur Gaza.
Sementara itu, seorang ahli bedah ortopedi di RS Eropa, Husam Basheer, menyatakan jika dia dan staf rumah sakit yang lainnya mengelola rumah sakit dengan sumber daya yang minimal.
Dikatakan Husam Basheer jika hal tersebut dilakukan karena pembatasan yang dilakukan oleh penjajah Israel terhadap bantuan medis untuk dapat memasuki Jalur Gaza.
“Suatu waktu, kami ingin membuat pelat dan sekrup, yang merupakan prosedur standar untuk fiksasi tulang, namun, kami tidak mempunyai peralatan yang tepat di rumah sakit,” paparnya.
Basheer mengatakan jika terkadang staf rumah sakit juga kekurangan kain kasa, yang adalah persediaan dasar untuk operasi.
“Kami mengatasi tantangan yang kami hadapi dan mengelolanya dengan menggunakan cara yang berbeda, namun, staf rumah sakit kewalahan,” ungkapnya.
Baca Juga:
Hingga Tuntutan Dipenuhi, Pengunjuk Rasa di Tel Aviv Sebut Akan Terus Melakukan Pemblokiran Jalan
Diketahui jika perang yang telah berlangsung sejak tanggal 7 Oktober 2023 tersebut telah menyebabkan krisis kemanusiaan dalam skala besar di Jalur Gaza. (*/Mey)