Internasional, gemasulawesi – Sejak gencatan senjata gagal diperpanjang kembali, Israel meluncurkan serangannya kembali ke Palestina yang menimbulkan ratusan orang tewas hanya dalam beberapa hari saja.
Salah satu hal yang menarik perhatian di agresi militer Israel kali ini adalah perekrutan orang Arab yang dilakukan oleh Israel untuk bergabung di IDF atau Pasukan Pertahanan Israel.
Salah satu politikus Arab di Israel, Hanin Zoabie, menilai jika dibukanya pendaftaran orang Arab di IDF oleh Israel memiliki motif khusus, yakni politik.
IDF diduga kuat ingin memecah belah warga Arab yang terdapat di Israel.
“Israel mengincar orang-orang yang merupakan kalangan menengah ke bawah dan juga tidak memiliki pekerjan untuk bergabung dengan mereka menjadi tentara,” katanya.
Zoabie menerangkan jika sekitar 90% orang Arab yang bertugas di militer Israel tidak memiliki kesetaraan yang sama dengan orang Israel.
“Israel sebenarnya tidak memerlukan mereka untuk melindungi keamanannya dan juga apa yang disebut negaranya,” jelasnya.
Zoabie menekankan jika ini hanyalah masalah politik.
“Untuk yang pertama adalah perpecahan dan yang kedua adalah pemerintahan,” ungkapnya.
Dia menambahkan jika selama ini, masyarakat dunia kemungkinan telah salah paham terkait tentara Israel yang sebenarnya.
“Kebanyakan dari masyarakat percaya jika IDF mayoritasnya adalah orang Yahudi,” ungkapnya.
Dikatakan jika organisasi Haganah, Palmach dan Lehi serta Irgun memang menjadi kelompok bersenjata yang awalnya ada saat Israel mendeklarasikan kemerdekaannya.
Di tanggal 26 Mei 1998, PM pertama Israel, David Ben-Gurion, mengambil keputusan untuk menyatukan keempatnya menjadi angkatan tunggal menjadi IDF.
Namun, tentara IDF tidak hanya terdiri dari warga Yahudi saja, namun, berkembang menjadi perwakilan seluruh bangsa.
Mereka adalah Yahudi Israel, Badui, Druze, Muslim, Arab dan Kristen yang disebutkan semuanya ‘bersaudara’.
Baca: Penjajah Israel Lanjutkan Agresi, Hamas Anggap Komunitas Internasional Bertanggung Jawab untuk Itu
Suku Druze yang menjadi kelompok minoritas yang berbahasa Arab menjadi pendaftar tertinggi IDF di Israel.
Hal ini dikarenakan Perjanjian Darah yang terjadi di tahun 1956 dengan lebih dari 80% pria Suku Druze yang mendaftar. (*/Mey)