Internasional, gemasulawesi – Militer penjajah Israel melaporkan jika 2 tentara cadangan mereka tewas di Jalur Gaza dalam perang yang hingga kini masih terus berlangsung.
Dalam pernyataannya kemarin, 29 April 2024, waktu penjajah Israel, militer penjajah Israel mengungkapkan dengan tewasnya 2 tentara cadangan tersebut kemarin menyebabkan jumlah korban tewas dari pihak tentara penjajah Israel menjadi 263 orang.
“Seorang tentara penjajah Israel lainnya terluka parah di daerah Koridor Netzarim,’ kata mereka.
Brigade Al-Qassam juga mengeluarkan pernyataan yang mengatakan jika mereka telah menyiapkan penyergapan terhadap tentara penjajah Israel yang mengakibatkan pembunuhan dan cederanya beberapa tentara cadangan penjajah Israel.
Di sisi lain, Brigade Al-Quds, yang merupakan sayap bersenjata Jihad Islam Palestina, menyampaikan mereka menembakkan roket dari Jalur Gaza ke sejumlah kota di penjajah Israel.
“Kami membom Sderot, Niram dan juga pemukiman di sekitar Jalur Gaza sebagai tanggapan atas kejahatan penjajah Israel terhadap rakyat Palestina,” ujar mereka.
Dalam pernyataan yang lain, tentara penjajah Israel mengatakan sebuah roket yang ditembakkan ke arah Sderot berhasil dicegat.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyampaikan jika pihaknya menemukan 5 unit militer penjajah Israel bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia berat dalam insiden yang terjadi di luar Jalur Gaza sebelum perang dimulai pada tanggal 7 Oktober 2023.
Wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS memaparkan jika 4 dari unit tersebut telah secara efektif memperbaiki pelanggaran tersebut.
“Sementara itu, penjajah Israel telah memberikan informasi tambahan mengenai unit kelima dan Amerika Serikat juga terus melanjutkan pembicaraan dengan pemerintah,” paparnya.
Di pihak lain, kerabat para tawanan penjajah Israel yang masih berada di luar Jalur Gaza diketahui melakukan protes di depan Kementerian Pertahanan di Tel Aviv, penjajah Israel.
Mereka menyerukan kesepakatan dengan Hamas.
Laporan menyatakan jika keluarga-keluarga tersebut meminta pemerintah untuk berupaya melepaskan para tawanan bahkan jika konsekuensi yang harus diambil adalah mengakhiri perang. (*/Mey)