Internasional, gemasulawesi – Seperti banyak warga Jalur Gaza lainnya, Mahmoud Murtaja harus mengungsi dari rumah keluarganya yang telah ditinggalinya sejak dulu.
Namun, Mahmoud Murtaja kemudian memutuskan kembali ke rumahnya yang berada di bagian timur Kota Gaza setelah kepergiannya secara paksa ketika tentara penjajah Israel memulai invasi darat ke wilayah tersebut.
Meskipun hingga kini pemboman belum juga berhenti, Mahmoud Murtaja mengakui jika dia berpikir bahwa kembali ke rumah mungkin akan memberikan kenyamanan yang diinginkan untuk dirinya dan juga keluarganya.
Mahmoud Murtaja menyatakan ketika dia dan keluarganya akhirnya sampai di rumahnya, harapannya pupus seketika.
Murtaja membeberkan jika rumahnya tidak terlihat dan hanya ada tumpukan tanah serta puing-puing yang menghitam akibat pemboman dan juga serangan penjajah Israel.
“Saya telah mendengar bahwa daerah kami menjadi sasaran serangan dari penjajah Israel selama mereka melakukan invasi darat,” katanya.
Dia menyebutkan jika telah memperkirakan akan terjadi kerusakan, namun, tidak membayangkan jika rumahnya akan hancur total.
“Kami bahkan harus mencari barang-barang kami melalui tanah untuk mengetahui dimana barang-barang itu berada,” ujarnya.
Mahmoud Murtaja menuturkan dia bahkan juga tidak dapat menemukan jejak dinding dan juga atap.
Kini, Mahmoud Murtaja dan keluarganya memilih untuk tinggal di tenda yang terbuat dari kain yang didirikan di atas reruntuhan rumah mereka.
Tenda tersebut disebutkannya memberikan perlindungan yang diperlukan dari hujan, namun, tidak ada perlindungan dari pertempuran yang terjadi, tidak ada privasi dan juga perlindungan dari dingin.
“Semuanya telah diratakan,” imbuhnya.
Rahaf, yang merupakan istri Mahmoud Murtaja mengungkapkan jika perjalanan pulang kembali ke rumah adalah perjalanan yang panjang dan traumatis.
“Untuk kami, kehilangan rumah keluarga terasa seperti kehilangan jiwa saat masih hidup,” tandasnya.
Dia menambahkan jika itu adalah perasaan yang paling menyakitkan yang dapat dialami oleh manusia.
Putri Mahmoud Murtaja, Salma, yang masih berusia 9 tahun, mengakui jika dia hanya menginginkan kamarnya.
“Juga boneka dan pakaian saya,” pungkasnya. (*/Mey)