Internasional, gemasulawesi – Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, menyebutkan jika Kanselir Jerman, Olaf Scholz, dan Presiden AS, Joe Biden, akan membahas bagaimana tetap mendukung penjajah Israel.
Menurut John Kirby, pertemuan kedua pemimpin dari AS dan Jerman tersebut akan melakukan pembahasan tentang memastikan bahwa penjajah Israel memiliki apa yang dibutuhkan untuk mempertahankan diri.
Sebelum melakukan pertemuan di Gedung Putih, Kanselir Jerman, Olaf Scholz, akan bertemu dengan para eksekutif bisnis Amerika Serikat atau AS.
Diketahui jika hal yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut juga tentang Ukraina yang masih berperang dengan Rusia hingga sekarang.
Disebutkan jika tidak ada konferensi pers bersama yang direncanakan setelah pertemuan dilakukan.
“Kemungkinan besar Biden dan juga Scholz akan membahas mengenai situasi di Jalur Gaza,” katanya.
Diketahui jika keduanya juga kemungkinan akan membahas ancaman Houthi terhadap lalu lintas pelayaran untuk tujuan penjajah Israel di Laut Merah.
“Kedua pemimpin juga akan menegaskan kembali dukungan kuat yang diberikan mereka untuk Ukraina dan mencari cara yang mungkin dapat dilakukann untuk membantu Ukraina,” terangnya.
Diketahui jika Jerman dan AS merupakan pendukung terbesar untuk penjajah Israel.
Jerman juga dilaporkan melarang mayoritas demo pro Palestina sejak perang pecah di tanggal 7 Oktober 2023.
Alasan yang diberikan Jerman melakukan pelarangan tersebut adalah bahwa protes yang dilakukan mungkin anti-Semit.
Selain itu, AS dan Jerman juga merupakan pemasok senjata utama untuk penjajah Israel.
Setelah penjajah Israel melakukan agresi, ekspor senjata Jerman ke penjajah Israel dilaporkan meningkat hingga 10 kali lipat dibandingkan sebelum perang.
Di sisi lain, ketika para diplomat sedang berusaha untuk mencapai gencatan senjata, diketahui jika penjajah Israel mengebom daerah yang berada di kota perbatasan selatan Rafah.
Dilaporkan jika warga Gaza sangat mengharapkan gencatan senjata dapat dicapai pada waktunya untuk mencegah serangan penjajah Israel ke Rafah.
Diketahui jika Rafah kini menjadi rumah untuk lebih dari 1 juta orang warga Jalur Gaza dengan banyak di antara mereka yang tinggal di tenda-tenda darurat. (*/Mey)