Internasional, gemasulawesi – Hari ini, tanggal 8 Februari 2024, dilaporkan jika seorang pria Palestina yang berasal dari Kafr Ain yang berada di sebelah barat laut Ramallah di Tepi Barat, Mohammad Khalil Barghoutti, meninggal 2 minggu setelah ditembak oleh pasukan penjajah Israel.
Diketahui jika serangan yang dilakukan penjajah Israel di Tepi Barat telah lama menjadi kejadian rutin dengan seringnya pasukan penjajah Israel dan juga para pemukim melakukannya.
Namun, laporan menyebutkan jika frekuensi dan intensitas kekerasan meningkat sejak agresi yang dimulai pada tanggal 7 Oktober 2023.
Baca Juga:
Layanan Kesehatan Telah Runtuh, Norwegia Dilaporkan Mengirimkan Dana 26 Juta USD ke UNRWA
Laporan Amnesty Internasional yang dirilis baru-baru ini menyebutkan jika pasukan penjajah Israel telah melancarkan gelombang kekerasan yang brutal terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
“Militer penjajah Israel telah melakukan pembunuhan yang di luar hukum terhadap warga Palestina,” bunyi laporan tersebut.
Amnesty Internasional juga mengungkapkan jika penjajah Israel menggunakan kekuatan yang mematikan tanpa keperluan atau secara tidak proporsional selama penggerebekan yang dilakukan mereka.
Amnesty juga menyebutkan jika militer penjajah Israel melakukannya sambil menolak memberikan bantuan medis untuk mereka yang terluka dan juga membutuhkannya.
Di sisi lain, serangan udara yang dilakukan pasukan penjajah Israel di kota Rafah setelah mereka mengintensifkan serangannya di kota tersebut, menyebabkan 14 orang warga sipil meninggal yang termasuk diantaranya 5 orang anak-anak.
Dilaporkan jika puluhan lainnya terluka akibat serangan tersebut.
Sementara itu, ketakutan akan kelaparan semakin meningkat ketika lebih dari 300.000 warga sipil harus mengalami pengepungan di Jalur Gaza sebelah utara.
Hingga kini, setidaknya sekitar 27.708 warga Palestina dinyatakan meninggal dan 67.147 terluka karena perang di Palestina.
Di pihak lain, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, juga telah menyuarakan keprihatinannya karena potensi serangan militer penjajah Israel di Rafah yang terletak di Jalur Gaza selatan.
“Serangan terhadap Rafah akan memperburuk apa yang telah menjadi mimpi buruk kemanusiaan di Rafah, mengingat lebih dari separuh penduduk Jalur Gaza mencari perlindungan disana,” ujarnya. (*/Mey)