Nasional, gemasulawesi – Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, mengungkapkan permintaannya agar para kepala daerah, seperti gubernur, bupati dan juga walikota di Indonesia untuk melakukan antisipasi inflasi menjelang masuknya bulan Ramadhan.
Dalam keterangannya, Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, mengatakan jika dia meminta para kepala daerah di Indonesia untuk segera bekerja untuk menekan wilayah-wilayah yang dilaporkan inflasinya tinggi juga terdata di Kemendagri ataupun di BPS.
Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, menerangkan jika hanya ada 2 masalah atau penyebab terjadinya inflasi di suatu wilayah atau daerah.
“Yang pertama adalah kurangnya suplai suatu barang, sedangkan yang kedua terjadinya lonjakan permintaan di masyarakat,” ucapnya.
Tito menuturkan jika di saat Ramadhan dan Lebaran, beberapa harga kebutuhan pokok, seperti beras, daging ayam, telur dan yang lainnya biasanya akan melambung tinggi.
“Oleh karena itu, setiap kepala daerah diminta untuk waspada,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Tito menekankan para kepala daerah untuk segera mewaspadai dan juga sesegera mungkin untuk menambah suplainya.
“Selain itu, distribusinya juga harus lancar,” katanya.
Lebih lanjut, Mendagri menyatakan jika Satpol PP memiliki peran yang penting untuk membantu aparat penegak hukum dalam mencegah terjadinya penimbunan barang.
Baca Juga:
Ungkap Udara Ibu Kota Nusantara Terasa Segar, Menteri ATR Unggah Momen Bermalam di IKN
Di kesempatan terpisah, Kepala BPS Sumatera Barat, Sugeng Arianto, menyebutkan jika inflasi di Ranah Minang pada bulan Februari 2024 yang mencapai 3,32% secara yoy atau year on year.
“Ini terjadi dikarenakan naiknya sejumlah indeks kelompok pengeluaran,” paparnya.
Menurut Sugeng, inflasi terjadi akibat kenaikan harga indeks pengeluaran kelompok makanan, minuman dan juga tembakau sekitar 6,84%.
“Kelompok lainnya yang ikut memicu inflasi, yaitu pakaian dan alas kaki sekitar 2,01%, kelompok perumahan, air, bahan bakar rumah tangga dan listrik sebesar 1,65%,” terangnya.
Sugeng melanjutkan jika untuk kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga menyumbangkan sekitar 0,59%, kesehatan 2,88% dan transportasi 1,39%.
“Untuk kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan menyumbangkan inflasi sekitar 0,07%,” imbuhnya. (*/Mey)