Nasional, gemasulawesi – Pengamat energi yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia, Iwa Garniwa, menyebutkan untuk mewujudkan ekonomi yang berkelanjutan seperti yang dicanangkan, Indonesia harus membangun pabrik baterai yang menggunakan bahan baku utama nikel.
Iwa menyatakan jika pabrik baterai berbahan nikel yang dimaksudkannya itu dibangun di dalam negeri dan bukan di luar negeri.
Dia menegaskan untuk penggunaan LFP atau lithium iron phospate ataupun nikel, sebenarnya bukanlah hal yang harus diperdebatkan.
Baca Juga:
Bagian dari Nusantara Fair 2024, Otorita IKN Adakan Flash Mob di Area CFD Bundaran HI Jakarta
“Hal ini karena keduanya sama-sama dapat dikembangkan untuk kebutuhan,” jelasnya.
Menurut Iwa, kebijakan nikel sekarang ini dapat terus dilakukan dengan mengikuti perkembangan teknologi.
“Untuk perkembangan teknologi bahan baterai, seperti halnya nikel yang menjadi bahan baterai di Indonesia masih belum matang dan maju seperti halnya negara-negara lain di dunia,” katanya.
Baca Juga:
Tutupi Defisit, Menko Perekonomian Airlangga Harapkan 500 Ribu Ton Beras Impor Masuk Bulan Januari
Untuk itu, Iwa menerangkan jika diperlukan penelitian yang lebih lanjut yang berkaitan dengan hal tersebut.
“Penelitian memang sebaiknya dilanjutkan secara terus menerus agar teknologi bahan baterai di Indonesia lebih matang nantinya,” ujarnya.
Pengamat energi tersebut mengungkapkan jika penelitian itu juga agar perkembangan bahan baterai tidak terlalu drastis nantinya dari waktu ke waktu.
“Untuk lebih beragam dan menghadirkan lebih banyak pilihan, jenis bahan baterai juga harus terus dikembangkan,” ucapnya.
Dan karena itu, Iwa memaparkan RI harus dapat memilah mana yang dapat memberikan keuntungan untuk negara nantinya.
“Hal itu terutama dalam pengembangan industrialisasinya yang berkaitan dengan hal tersebut,” imbuhnya.
Diketahui jika sekarang ini, RI sedang menggenjot hilirisasi nikel yang dicanangkan pemerintah.
Hal tersebut dilaporkan dikarenakan meningkatnya permintaan kendaraan listrik untuk di dalam negeri.
Untuk mendukung hal tersebut, dilaporkan telah banyak dibangun smelter atau fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel.
Baca Juga:
Isu 16 Menteri Mundur, Presiden Jokowi Tegaskan Hubungan di Kabinet Masih Berjalan Baik
Sedangkan konsumsi biji nikel juga ikut mengalami peningkatan dan diperkirakan mencapai 145 juta ton.
Sementara itu, baru-baru ini, perusahaan pertambangan biji nikel yang telah berdiri sejak tahun 2008, PT Adhi Kartiko Pratama Tbk, resmi tercatat sebagai emiten baru di pasar modal Indonesia. (*/Mey)