Nasional, gemasulawesi – Dalam konferensi pers yang diadakan di kantor Perum Bulog kemarin, tanggal 11 Januri 2024, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengungkapkan jika produksi beras untuk bulan Januari hingga Februari 2024 masih defisit.
Lebih lanjut, Dirut Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, menyatakan jika jumlah defisit dari produksi beras juga cukup besar.
Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi menyampaikan bahwa meskipun defisit, bukan berarti jika stok dari beras tidak ada.
“Stok ada, namun, lebih sedikit dari kebutuhan dari masyarakat Indonesia,” katanya.
Bayu menyebutkan kondisi tersebut memang berat untuk Indonesia, selain juga panen raya diperkirakan akan mundur.
“Jadi, hal itu menyebabkan dari awal produksi dalam negeri ini belum mencukupi,” terangnya.
Saat ditanyakan mengenai harga beras yang mungkin saja mengalami kenaika, Bayu memaparkan jika untuk faktor yang menjadi pendorong utama harga beras adalah produksi beras.
“Fakto yang mempengaruhi harga beras juga adalah kondisi di luar negeri, seperti harga pupuk yang semakin mahal,” jelasnya.
Bayu mengakui dia masih belum dapat memberikan pernyataan apakah harga beras akan turun di tahun 2024 mengingat tahun 2023 harga beras dikabarkan relatif mahal.
Baca Juga:
Diperiksa di Bareskrim Polri, Syahrul Yasin Limpo Kembali Tidak Banyak Bicara
“Kondisi tentang harga itu akan bergantung pada hasil produksi beras dari para petani,” sebutnya.
Direktur Utama Perum Bulog itu menyatakan pihaknya akan terus menyalurkan bantuan pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama mereka yang tidak mampu.
Selain itu, Bayu membeberkan Perum Bulog juga akan terus melakukan operasi pasar sebagai salah satu cara agar harga beras tidak mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.
Diketahui jika berdasarkan catatan BPS, untuk bulan Januari 2024, defisit produksi beras diperkirakan sekitar 1,61 juta ton, sedangkan untuk bulan Februari sekitar 1,22 juta ton.
Karena produksi beras menyebabkan tingginya harga beras di dalam negeri, Bayu mengungkapkan pihaknya mendapatkan penugasan dari pemerintah untuk melakukan impor beras sekitar 2 juta ton.
“Namun, kuota impor beras itu juga kami prediksi akan bertambah,” tegasnya. (*/Mey)