Ikut Jadi Sasaran, Petugas Medis Palestina Akui Tidak Ada Waktu untuk Berkabung Akibat Serangan Penjajah Israel

Ket. Foto: Para Petugas Medis Palestina Mengakui Jika Mereka Tidak Memiliki Waktu untuk Berkabung (Foto/X/@UNRWA) Source: (Foto/X/@UNRWA)

Internasional, gemasulawesi - Sejak dimulainya agresi yang dilakukan Israel di tanggal 7 Oktober 2023 lalu, tim medis yang berada di Tepi Barat dan Gaza telah ikut menjadi sasaran serangan yang dilakukan oleh Israel.

Petugas medis telah diserang oleh militer dan pemukim Israel ikut menembaki paramedis yang akan menyelamatkan mereka yang terluka.

Sistem layanan kesehatan yang dimiliki Gaza dan wilayah Palestina yang lain kini berada di titik puncaknya dengan ditambah sulitnya bantuan kemanusiaan yang membawa obat-obatan dan peralatan medis lain yang diperlukan rumah-rumah sakit di Palestina.

Baca Juga: Pemindahan Penduduk Secara Paksa atau Genosida, Penjajah Israel Disebutkan Hanya Akan Berikan 2 Pilihan untuk Palestina

Pemandangan di rumah sakit juga mengerikan dengan banyaknya pasien yang terluka atau bangunan yang juga beberapa diantaranya hancur.

Paramedis juga mengatakan jika mereka dibom ketika mencoba membawa korban ke rumah sakit.

Direktur Masyarakat Bulan Sabit Merah di Nablus, Ahmad Jibril, beberapa waktu yang lalu mengatakan bahwa pekerjaan mereka kini menjadi hampir mustahil.

Baca Juga: Belasan Ribu Tewas, Citra Sebagai Pelopor Teknologi Ramah Lingkungan Disebutkan Bantu Penjajah Israel Lakukan Apartheid

Ahmad mengakui bahwa kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Salah satu dokter anak di Palestina, Walaa Khalaf, menyebutkan jika dia masih ingat dengan jeritan seorang ayah yang saat itu bergegas untuk membawa putrinya yang baru lahir ke rumah sakit.

“Dia jelas takut dan saat itu dia melempar bayinya ke pelukanku,” katanya.

Baca Juga: Ikut Berduka, Umat Kristen Palestina di AS Tidak Rayakan Natal Mereka Tahun Ini

Walaa menyampaikan dia belum penah merasakan tekanan yang seperti ini sebelumnya.

“Saya saat itu berkata kepada diri sendiri jika ada kehidupan di tangan saya dan saya memiliki kewajiban untuk menyelamatkannya,” ujarnya.

Laporan menyebutkan jika ketakutan akan serangan Israel dengan cepat menyebar ke seluruh kota.

Baca Juga: Timbulkan Penderitaan, Pakar Sebut Bahkan Ketika Terjadi Genosida Rakyat Palestina Dibungkam Perusahaan Teknologi Besar

Walaa melaporkan bahwa keluarnya ASI dari ibu menyusui seringkali terhenti karena trauma.

Salah satu petugas medis yang lain, yang merupakan ahli bedah di Rumah Sakit Pemerintah Jenin, menuturkan jika pekerjaan tidak henti-hentinya.

“Saya terkadang menangis di ruang operasi,” akunya.

Baca Juga: Awalnya Dijuluki Zona Aman oleh Penjajah Israel, Ini Situasi di Khan Younis Ketika Serangan Semakin Intensif

Dia melanjutkan jika para lansia yang mencari perlindungan di rumah sakit membawa kembali kenangan Nakba.

“Tidak mudah untuk melihat ini,” ungkapnya.

Walaa Khalaf juga menyampaikan jika para petugas medis seperti dirinya dengan cepat menyadari jika tidak ada waktu untuk berkabung.

Baca Juga: Belum Selesai, Pejuang Tepi Barat Sebut Merupakan Hak Mereka untuk Membela Diri

“Kami memiliki komunitas dan juga masyarakat untuk melanjutkan pekerjaan kami,” imbuhnya. (*/Mey)

Bagikan: